salam

Rabu, 08 Juni 2011

Yang Tetap dan Yang Bisa Berubah


Seorang syeikh mengingatkan muridnya bahwa dakwah harus terus berlangsung dan tidak boleh berhenti sedikit pun meski wadahnya sebagai media aspirasi perjuangannya dibubarkan pemerintah setempat. “Sekalipun wadah kita bubar, aktivitas dakwah kita tidak boleh bubar dan tidak bisa dibubarkan”, demikian penegasan syeikh tersebut.
Kalimat itu menghentakkan kesadaran muridnya akan kewajiban mereka untuk senantiasa berdakwah dengan berbagai kondisi dan keadaan. Bukan malah bingung untuk melakukan sesuatu lantaran wadahnya sudah dibubarkan. Karena hakikat asasiyat bagi aktivis adalah berdakwah untuk memberikan kontribusi amal shalih dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Ayyuhal ikhwah rahimakumullah.
Suatu keadaan pahit sering kali membuat orang sock dan berat menerimanya. Meski pun kenyataan berat seperti itu sangat manusiawi. Akan tetapi sebagai aktivis dakwah selayaknya tidak berada pada titik keadaan tersebut. Namun hendaknya menyikapi situasi tersebut dengan berpegang pada dhawabith (patokan-patokan) yang jelas dalam amal dakwah ini. Sehingga tidak kehilangan keseimbangan ketika berada di dalamnya. Melalui patokan itu kita dapat melangkahkan kaki bersama dakwah dengan gegap tanpa ragu dan bingung.
Dhawabit ini akan memandu ke arah mana jalan yang harus ditempuh dan menjadi rambu yang akan memberitahu apa yang mesti dilakukannya.

Dakwah aktivitas yang harus langgeng

Ayyuhal ikhwah rahimakumullah.
Keterikatan aktivis terhadap dakwah tidak boleh mengalami penurunan dalam situasi yang terjepit sekalipun. Akan tetapi peningkatan dan pengokohanlah yang mesti dilakukan mereka. Bersama dakwah prinsip hidup mukmin terus terjaga, komitmen kepada Islam semakin kuat. Sebaliknya tanpa bersama dakwah jurang menganga selalu di hadapan dan bahaya senantiasa mengancam. Bahkan yang perlu kita camkan adalah tanpa kesertaan dakwah eksistensi kita dalam barisan itu akan tergantikan oleh mereka yang lebih baik kesertaannya daripada diri kita. Dalam keadaan bahaya sekalipun keterlibatan diri terhadap dakwah harus langgeng apalagi dalam keadaan tenang. Rasulullah SAW. Mengatakan bahwa Islam adalah roda yang berputar maka berputarlah bersama Islam bagaimanapun putarannya. Ucapan beliau ini menegaskan bahwa aktivis dakwah harus selalu menyertainya dalam setiap keadaan karena kesertaan yang lemah menjadi sebab untuk diganti dengan orang lain yang lebih baik.
“………jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti kamu dengan kaum yang lain dan mereka tidak seperti (kualitas) kamu ini”. (QS. Muhammad: 38)

Tarbiyah mesti tetap berjalan

Ayyuhal ikhwah rahimakumullah.
Tarbiyah sebagai sarana pembentukan diri bagi aktivis tidak boleh kendur dan macet dalam kondisi apapun. Dan mereka yang berada dalam barisan dakwah mentarbiyah diri menjadi aktivitas yang mesti berjalan tidak mandeg dan berhenti sejenakpun. Karena tarbiyah merupakan titik tolak bagi aktivis dalam membina diri menuju kepribadian muslim shalih mushlih. Apalagi iklim yang terjadi di sekitarnya sangat berperan menjadi penghalang untuk mencapai cita-cita mulia tersebut. Tikungan-tikungan tajam yang berbahaya berada di kiri dan kanan jalan yang akan menjerumuskannya ke dalam jurang terjal. Maka tarbiyah sebagai jawaban untuk membina diri bagi aktivis dalam menghadapi keadaan tersebut harus tetap berjalan.
Kemandegan tarbiyah dapat berpengaruh pada ketahanan mental dan ma’nawiyah aktivis yang melemah. Kelemahan ini terkadang menjadi sebab dari berbagai problematika aktivis baik skala personal maupun sosial. Oleh sebab itu tarbiyah dalam situasi apapun harus terus berjalan. Bila ia mendapatkan rintangan dari kiri ia harus memutar haluan dengan cepat ke kanan. Begitu juga bila ada gangguan dari sebelah kanan ia pun harus menyikapinya dengan cepat berbelok ke kiri. Artinya meskipun banyak yang menghalangi, tarbiyah harus terus bergulir dari berbagai arah sehingga ia selalu mengalir dengan lancar.    

Berjamaah suatu keharusan

Ayyuhal ikhwah rahimakumullah.
Banyak kita temukan keterangan dalam Al Qur’an dan Hadits yang menjelaskan bahwa berjamaah merupakan suatu keharusan untuk setiap muslim. Dengan berjamaah kita dapat keberkahan yang melimpah. Yang lemah akan kuat, yang kurang akan mendapatkan tambahan, yang menyimpang akan terluruskan dan kebaikan lainnya. Karena itu berjamaah menjadi kebutuhan yang asasi bagi aktivis. Ia akan mampu menghadapi segala keadaan dengan berjamaah. Keberadaannya dalam jamaah ini tentu bukan sekadar hadir di dalamnya melainkan ia aktif dan terlibat penuh dengan berbagai aktivitasnya. Dengan sikap begitu ia akan merasakan keberadaan jamaah pada dirinya.
Allah SWT. memandang orang mukmin selalu berjamaah sebagaimana shighat dalam nash qur’an. Hal ini sekaligus untuk menyuruh orang-orang mukmin dalam keadaan berjamaah. Orang yang infiradi berpeluang mendapatkan mara bahaya. Apalagi dalam situasi yang terjepit dan sulit. Bukankah Rasulullah SAW. telah bersabda agar kita terikat pada jamaah meskipun harus menggenggam bara api. 

Peran Qiyadah dan Jundiyah

Ayyuhal ikhwah rahimakumullah.
Peran Qiyadah dalam hal ini adalah menetapkan suatu kebijakan yang akan menjadi arahan dan patokan yang jelas bagi prajuritnya.  Kebijakan tersebut untuk dilaksanakan oleh bawahannya secara cepat dan tepat. Dalam situasi yang pelik seorang pemimpin tidak boleh lambat dalam mengambil suatu keputusan. Keputusan yang lambat dapat membawa kekeliruan dalam menyikapinya. Keliru dalam menyikapi suatu keadaan akan berakibat fatal bagi perjalanan dakwah. Namun keputusan yang cepat tidak berarti asal ditetapkan sebagai sebuah keputusan melainkan berasal dari pemikiran dan perhitungan yang tajam akan keputusan tersebut.
Di samping itu, peran qiyadah adalah untuk memberikan arahan dan taujihat yang sangat dibutuhkan prajuritnya. Taujihat yang tepat dan mengena dari qiyadah menjadi cucuran air hujan di musim kemarau. Prajurit yang aktif memerlukan arahan apalagi setelah letih melakukan operasional kerja besar.
“Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya ke medan perang. Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya supaya mereka itu dapat menjaga diri”. (QS At Taubah: 122)
Sedangkan peran jundiyah maksudnya ialah bersikap sigap dan patuh dalam menjalani tugas dan kewajibannya. Sikap yang selalu melekat pada setiap prajurit. Bukan sikap ngambek, mutung, apalagi patah semangat dalam menjalani tugas dan kewajibannya. Prajurit yang baik adalah mereka yang selalu berusaha maksimal dalam menjalani tugasnya. Ditugaskan di barisan terdepan ia akan berada pada posisinya. Ditempatkan di bagian belakang ia selalu menunaikannya. Diperintahkan ia laksanakan dengan segera. Sebaliknya prajurit yang diam terpaku dan termenung menghadapi tugasnya akan memperlambat kerja dan tugasnya. Bahkan akan berakibat buruk bagi keseluruhannya.
Nama, bentuk, mekanisme dan prosedural administrasi mengalami perubahan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.
Dalam  perjalanan dakwah dan harakah ada hal-hal yang dapat berubah. Perubahan ini dapat terjadi karena situasi dan kondisi yang berkembang di sekitarnya. Perubahan tersebut asal tidak merubah prinsip dan arah harakah dakwah ini melainkan sebagai upaya untuk tetap melanggengkan perjalanannya. Perubahan itu dapat meliputi perubahan nama, bentuk, mekanisme dan prosedural. Perubahan nama merupakan sesuatu yang biasa dalam dinamika dakwah dan pergerakannya. Perubahan nama dapat terjadi beberapa kali. Hal ini terjadi karena faktor yang tidak dapat memunculkan nama  lamanya sehingga perlu menampilkan diri dengan nama barunya. Perubahan bentuk juga mungkin dapat terjadi hingga beberapa kali untuk dapat diterima masyarakat luas sehingga perjalanannya tetap berkesinambungan. Semua perubahan itu sangat mungkin dapat terjadi, karenanya aktivis dakwah tidak boleh mengalami sock yang berkepanjangan lantaran hal itu. Perubahan-perubahan itu adalah bahagian dari dinamika perjalanan sunnah dakwah dari masa ke masa. 


3:144. Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah sedikit pun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.

(afwan catatan taujih ini ndak tau penulisnya, semoga menjadikan sebagi amal yang senantiasa terus mengalir....amin,)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar