salam

Selasa, 18 Oktober 2011

Al-Qur’an Bicara Tentang Utuhnya Jasad Fir’aun, Ilmu Modern Membenarkannya!!!

Di dalam bukunya, “al-Qur’an Dan Ilmu Modern”, Dr Morris Bukay* menyingkap adanya kesesuaian antara informasi yang dipaparkan di dalam al-Qur’an mengenai nasib Fir’aun yang hidup pada masa nabi Musa (setelah ia tenggelam di laut) dan keberadaan jasadnya hingga hari ini sebagai tanda kebesaran Allah terhadap alam semesta ini. Dalam hal ini adalah firman Allah SWT, “Maka pada hari ini, Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang kami mengerjakannya, dan supaya kamu berdua mempunyai kekuasaan di muka bumi? Kami tidak mempercayai kamu berdua.”(QS.Yunus:92) 

Dr Bukay melanjutkan, “Riwayat versi Taurat yang terkait dengan kisah keberangkatan bangsa Yahudi bersama Musa AS dari Mesir menguatkan analisa yang mengatakan bahwa Mineptah, pengganti Ramses II adalah Fir’aun Mesir di masa nabi Musa AS. Penelitian medis terhadap mummi Mineptah mengemukakan kepada kita informasi penting lainnya mengenai apa kemungkinan penyebab kematian Fir’aun ini.

Sesungguhnya Taurat menyebutkan, jasad Fir’aun tersebut ditelan laut, akan tetapi tidak memberikan rincian mengenai apa yang terjadi setelah itu. Sedangkan al-Qur’an menyebutkan bahwa jasad Fir’aun yang dilaknat itu akan diselamatkan dari air sebagaimana yang tertera dalam ayat di atas. Pemeriksaan medis terhadap mummi ini menunjukkan, jasad tersebut tidak berada dalam waktu yang lama di dalam air sebab tidak ada tanda-tanda ia mengalami kerusakan (pembusukan) total akibat terendam lama di dalam air.**

Minggu, 16 Oktober 2011

Mutiara Kehidupan Para Tabi'in: Al-Hasan Al-Bashriy

Datanglah seseorang utusan kepada Ummu Salamah ra (salah seorang di antara istri RasuluLLAH SAW, namanya Hind binti Suhailin) yang mengkabarkan bahwa salah seorang sahaya wanitanya telah melahirkan seorang putra, maka bayi itu ditimang dan didoakan oleh wanita yang mulia tersebut dan diberi nama al-Hasan. Kelahiran anak tersebut juga menjadi kegembiraan bagi keluarga seorang sahabat terkemuka yang lain yaitu Zaid bin Tsabbit ra (salah seorang diantara 7 orang ahli Qur’an dan penulis mushaf al-Qur’an di zaman Nabi SAW, Abubakar ra dan Umar ra), karena ayah dari bayi itu adalah bekas hamba sahayanya.

Ummu Salamah ra adalah seorang wanita yang sangat taqwa kepada ALLAH SWT, ia meriwayatkan 387 hadits dari suaminya penghulu para nabi SAW, ia wanita yang cerdas dan juga pandai baca-tulis. Sehingga bayi itu hidup dan dibesarkan dalam pangkuan keluarga yang harum semerbak dengan suasana keluarga nabi SAW (walaupun saat itu nabi SAW telah wafat). Ketika besar kelak ia tinggal di Bashrah (sekarang di wilayah Iraq), sehingga ia digelari al-Hasan al-Bashri.