salam

Selasa, 23 Agustus 2011

IDUL FITRI DENGAN BEKAL "LAILATUL QADAR"*


oleh M. Syamsi Ali




Tanpa terasa Ramadhan yang kita sambut dengan riang kini bergegas meninggalkan kita. Rasanya sedih, tamu yang agung dan penuh berkah itu, yang telah dengan sepenuh hati memenuhi hajat-hajat keperluan mendasar kita, kini akan meninggalkan kita. Padahal, sesuai tradisi lama, justeru tamulah yang seharusnya mendapatkan pelayanan. Tamulah yang seharusnya dilayani sesempurna mungkin, sehingga kita bisa dicap sebagai seorang Muslim yang "mukrimun lidhaifih" (memuliakan tamunya). Sayang, justeru perbekalan yang di bawa oleh tamu untuk kita jauh lebih besar ketimbang usaha kita sendiri untuk memenuhi tuntutan-tuntutannya.

Maka di penghujung Ramadhan ini, seharusnya semua kita gembira, namun juga seharusnya lebih banyak merenungi diri akan kegagalan-kegagalan kita dalam memenuhi hak-hak tamu kita kita. Sehingga sangat wajar kalau Rasulullah SAW mengajak para sahabatnya untuk berdoa sepanjang tahun ke depan, agar puasa mereka tahun ini kiranya diterima oleh Allah Yang Maha Rahman. Adakah perasaan "khawatir" ini ada dalam diri kita? Atau justeru dengan berlalunya Ramadhan, seolah kita telah mendapatkan "garansi" kalau kita pasti akan masuk ke dalam syurga firdaus. Akibatnya, seolah puasa selama sebulan itu telah menjadi "penutup" dari seluruh ibadah dan segala dosa-dosa mendatang. Maka sering kita lihat, di saat Ramadhan masjid-masjid masih melimpah ruah jama'ahnya, shalat sunnah malam terjaga, demikian pula bacaan al Qur'an, dst. Tapi setelah Ramadhan terlewatkan, seolah semua selesai. Maka jangankan yang sunnah-sunnah, yang wajib sekalipun terkadang cenderung terabaikan.

Senin, 22 Agustus 2011

KISAH RASULULLAH DENGAN JIBRIL MALAM MENJELANG IDUL FITRI

Kisah ini terjadi pada diri Rasulullah dan para sahabatnya.
Saat itu malam hari raya iedul fitri seperti biasanya Rasul dan para sahabat membaca Takbir,Tahmid dan Tahlil di Masjidil Haram.
Saat sedang bertakbir, tiba- tiba  rasulullah keluar  dari  kelompok dan menepih kearah dinding. Kemudian Rasullah  mengangkat  kedua  tangannya  ( seperti orang berdoa ) saat itu Rasul mengatakan amin sampai tiga kali.
Setelah  Rasul  mengusapkan  kedua tangan diwajahnya (seperti orang selesai berdoa )  para  sahabat  mendekat  dan  bertanya  :  Ya Rasul apa yang terjadi sehingga  engkau  mengangkat kedua belah tanganmu sambil mengatakan amien sampai tiga kali ?
Jawab  Rasul  : Tadi saya didatangi Jibril dan meminta saya mengaminkan doanya.?
Apa  gerangan  doa  yang  dibacakan  Jibril  itu  ya Rasul ? tanya sahabat kemudian Rasul  menjawab  :  Kalau  kalian  ingin tahu inilah doa yang disampaikan Jibril dan saya mengaminkan? :
1.        Ya Allah ya Tuhan kami  Janganlah diterima amal Ibadah kaum Muslimin selama bulan Ramadhan apabila dia masih bersalah kepada orang tuanya dan belum  dimaafkan?. Rasul mengatakan Amien
2.        Ya Allah ya Tuhan kami Janganlah diterima amal ibadah kaum muslimin selama bulan Ramadhan  apabila suami isteri masih berselisih dan belum saling  memaafkan.? Rasul  mengatakan amien
3.        Ya Allah ya Tuhan kami janganlah diterima amal Ibadah kaum Muslimin selama bulan Ramadhan apabila dia dengan tetangga dan kerabatnya masih berselisih dan belum saling Memaafkan.? Rasul mengatakan amien

Demikianlah  doa  yang  dibaca  Jibril sehingga Rasul mengaminkan sampai tiga kali. Namun disini ada 4 Faktor yang membuat doa tersebut pasti dikabulkan Allah yaitu:
1.        Yang berdoa Jibril Mahluk yang sejak diciptakan tidak pernah membantah dan berbuat dosa kepada Allah
2.        Yang mengaminkan doa tersebut Muhammad manusia Ma'sum yang telah diampuni semua dosanya
3.        Tempat berdoa adalah Masjidil haram tempat yang mendapat berkah dari Allah
4.        Waktu berdoa adalah malam iedul fitri yaitu satu diantara sepuluh malam jika kita berdoa langsung di ijabah oleh Allah. 

 Jadi  jika kita ingin Amal ibadah kita di bulan Ramadhan ini diterima Allah maka hindarilah   tiga  yang  diatas.  Karena  selama  tiga  persoalan  diatas belum diselesaikan  maka  amal  ibadah kita selama bulan ramadhan masih dipending oleh
 Allah sampai kita menyelesaikannya.
 Barakallahu walakum wassalamu alaikum wr.wb.





Sabtu, 20 Agustus 2011

Mimpi Bertemu Rasulullah

Syaikh Nur al-Jerrahi (Lex Hixon)




Malam yang mulia itu lebih baik dari seribu bulan. (QS 97:3)

Di ruangan belakang Masjid al-Farah di West Broadway Manhattan, syaikh itu, pimpinan sebuah kelompok Sufi, duduk di kursi malas di dekat foto gurunya yang tak berjenggot, tenggelam dalam sinar yang terang benderang. Di atas meja ada sebuah serban. Syaikh Nur yang berambut pirang, tanpa alas kaki, mengenakan jubah berwarna hijau dan rompi dari wol. Dia lebih suka menyumbangkan tenaga daripada memberikan jawaban "yang bersifat informatif" pada pertanyaan-pertanyaan, begitu katanya kemudian.
Hanya kehendak Tuhan yang berlaku dalam hidup ini. Setiap masalah telah diketahui oleh kehendak yang tak terbatas ini sejak zaman azali. Menurut agama Islam, jiwa tidak muncul begitu saja bersamaan dengan waktu kelahiran, jiwa itu abadi. Di dalam jiwa tersimpan segala sesuatu yang akan terjadi dalam hidup. Dan hanya sebagian kecil dari pengetahuan itu yang diizinkan Allah untuk diketahui oleh manusia itu sendiri dalam hidupnya. Begitulah jiwa manusia itu dibentuk, terlepas dari apakah dia dengan penuh kesadaran memeluk Islam atau tidak. Beberapa jiwa mendapat izin dari Tuhan untuk memeluk Islam secara historis. Yang lain mendapat izin untuk memeluk tradisi mulia lainnya. Sebagian yang lain mungkin memperoleh izin untuk mewujudkan kebenaran tanpa menjadi bagian dari salah satu tradisi besar kemanusiaan. Tak ada satu jiwa pun yang tidak berasal dari Allah dan yang tidak membawa semua kekayaan dan pengetahuan yang sebelumnya telah diberikan pada jiwa itu.
Ketika seseorang ingin menjadi syaikh, dia tidak boleh berpikir dalam kerangka kepribadian yang terbatas. Dia harus melihat seluruh kehidupannya, seluruh masa kecilnya, dan pendidikannya semata-mata sebagai sebuah jembatan --jembatan yang sangat sempit-- yang membawanya ke suatu tempat di mana dia akan bertemu dengan gurunya dan memulai latihan spiritual. Pada akhirnya dia larut ke dalam pengukuhan La ilaha ill Allah. Jembatan sempit itu merupakan jembatan menuju Surga persatuan. Di bawah jembatan itu terdapat godaan kehidupan duniawi. Dia tidak boleh terperosok ke dalam godaan itu, baik itu godaan finansial maupun godaan religius. Jembatan itu dapat dilewati hanya jika Anda menginginkan kebenaran. Akhirnya Anda akan mencapai Surga, yang merupakan tingkat kesadaran, tingkat tauhid, tingkat persatuan.
Lex Hixon adalah orang yang berada di atas jembatan itu.
Kontak pertama saya dengan Islam dimulai ketika saya berumur tujuh belas tahun. Waktu itu saya sedang mengunjungi seorang teman di Washington, D.C. Pada sore hari saya biasa berjalan-jalan di dekat bangunan pada saat itu mungkin merupakan satu-satunya masjid besar di Amerika Serikat, yaitu Islamic Center yang berdiri gagah dengan kubah dan dengan arsitekturnya yang Islami. Waktu itu saya mendapat perasaan bahwa bangunan itu adalah bangunan yang penting.

Rabu, 17 Agustus 2011

Yang Pertama Kali Mendukung Kemerdekaan Republik Indonesia 1945

Kota pelabuhan Iskandariyah pertengah Juli 1945. Jam kayu di sebuah penginapan murah di kota pelabuhan Mesir telah menunjuk angka 22.00 waktu setempat. Di satu ruangan yang tak seberapa besar, empat-puluhan kelasi kapal berkebangsaan Indonesia berkumpul. Sejumlah mahasiswa Indonesia yang tengah studi di Mesir terlihat memimpin rapat.

Beda dengan pertemuan sebelumnya, malam itu atmosfir rapat terasa agak emosionil! Para kelasi Indonesia yang bekerja di berbagai kapal asing yang tengah merapat di Iskandariyah, Port Said, dan Suez itu banyak yang yakin, jihad fii sabilillah yang tengah digelorakan banga Indonesia melawan penjajah belanda dalam waktu dekat akan sampai pada puncaknya.

Muhammad Zein Hassan, salah seorang mahasiswa Indonesia yang hadir, berpesan pada para kelasi agar mulai menabung. “Di saat terjadinya jihad, mereka sebaiknya meninggalkan kapal-kapal sekutu agar tidak menodai perjuangan.”

Sambutan para kelasi yang dalam kesehariannya jauh dari tuntunan agama itu sungguh mengharukan. Mereka dengan sepenuh hati menyanggupi hal tersebut. “Jika fatwa sudah turun, kami akan mematuhi,” ujar salah seorang dari mereka.

Tak terasa, jam telah berada di angka satu. Acara ditutup dengan sumpah setia dengan perjuangan bangsanya yang nun jauh di seberang lautan. Seluruh peserta mengangkat tangan kanan dan dikepalkan. Dengan menyebut nama Allah SWT, mereka bertekad akan membantu dengan sekuat tenaga jihad fii sabilillah yang akan digelorakan bangsanya dalam waktu dekat ini.

Sumpah para kelasi tersebut tidak main-main. Terbukti di kemudian hari, dua bulan setelah proklamasi dibacakan Soekarno-Hatta, dua orang kelasi Indonesia tiba di Kairo dengan berjalan kaki dari Tunisia. 

“Saat kami tanya mengapa berjalan kaki sejauh itu, mereka menjawab bahwa mereka menerima fatwa yang dibawa teman-teman mereka dari Indonesia. Fatwa itu menyatakan haram hukumnya bekerja dengan orang kafir yang memerangi kaum Muslimin,” ujar Zein Hassan.

Senin, 15 Agustus 2011

Cerita dari Sekolah Penghafal Qur'an Balita

tulisan ini dari sebuah milis [ usahamulia.net ] pada tanggal 08 Juli 2005.
walaupun sudah lama semoga dapat memberikan inspirasi dan pencerah bagi kita.. ^^

Assalamualaikum wr wb,

Saya tinggal di Iran dan punya usia anak empat tahun. Sejak tiga bulan lalu, saya masukkan dia ke sekolah hafiz Quran untuk anak2. Setelah masuk., wah ternyata unik banget metodenya. (Siapa tau bisa dijadikan masukan buat akhwat2 yg berkecimpung di bidang ini.) Anak-anak balita yang masuk ke sekolah ini (namanya Jamiatul Quran), tidak disuruh langsung ngapalin juz'amma, melainkan setiap kali datang, diperlihatkan gambar misalnya, gambar anak lagi cium tangan ibunya, (di rumah, anak disuruh mewarnai gambar itu), lalu guru cerita ttg gambar itu (jadi anak harus baik.dll).

Kemudian, si guru ngajarin ayat "wabil waalidaini ihsaana/Al Isra:23" dengan menggunakan isyarat (kayak isyarat tuna rungu), misalnya, "walidaini", isyaratnya bikin kumis dan bikin kerudung di wajah (menggambarkan ibu dan ayah). Jadi, anak2 mengucapkan ayat itu sambil memperagakan makna ayat tersebut. Begitu seterusnya (satu pertemuan hanya satu atau dua ayat yg diajarkan). Hal ini dilakukan selama 4 sampai 5 bulan. Setelah itu, mereka belajar membaca, dan baru kemudian mulai menghapal juz 'amma.

Suasana kelas juga semarak banget. Sejak anak masuk ke ruang kelas, sampai pulang, para guru mengobral pujian-pujian (sayang, cantik, manis, pintar.dll) dan pelukan atau ciuman. Tiap hari (sekolah ini hanya 3 kali seminggu) selalu ada saja hadiah yang dibagikan untuk anak-anak, mulai dari gambar tempel, pensil warna, mobil2an, dll. Habis baca doa, anak-anak diajak senam, baru mulai menghapal ayat. Itupun, sebelumnya guru mengajak ngobrol dan anak2 saling berebut memberikan pendapatnya. (Sayang anak saya krn masalah bahasa, cenderung diam, tapi dia menikmati kelasnya). Setelah berhasil menghapal satu ayat, anak-anak diajak melakukan berbagai permainan. Oya, para ibu juga duduk di kelas, bareng2 anak2nya. Kelas itu durasinya 90 menit .
Hasilnya? Wah, bagus banget!

Rabu, 10 Agustus 2011

Orang Puasa Selalu Membuat Sejarah


Oleh: Dr Hidayat Nur Wahid

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.(QS.Al-Baqarah: 183).


Puasa mengajarkan kepada kita bahwa kita adalah mahluk sejarah yang berperan aktif dalam pembentukan sejarah kehidupan manusia. Manusia bukanlah sosok yang tiba-tiba datang dari langit yang kemudian datang ke bumi atau sosok yang datang dari suatu tempat yang tidak diketahui latar belakangnya sehingga kita tak perlu peduli tentang apa yang akan diperbuatnya dimasa mendatang, dan bukan pula sosok yang kemudian tanpa jati diri dan dicitrakan dengan mengidentikkan umat Islam adalah teroris sebagaimana yang dituduhkan saat ini.

Semua tuduhan negatif itu mungkin bisa terjadi kalau umat Islam itu tidak memiliki latar belakang sejarah yang jelas. Umat Islam adalah ummat yang memiliki jati diri dan sejarah yang jelas. Makanya seseorang itu tidak bisa dikaitkan secara langsung dengan Islam seandainya prilakunya sangat jauh atau tidak sesuai dengan prilaku standar sejarah umat Islam dimasa lalu.

Dalam QS Al Baqarah ayat 183-184 Allah SWT berfirman bahwa pewajiban adanya puasa di bulan Ramadhan ini adalah kewajiban yang telah terjadi sebelum anda. Anda bisa bermakna dua, pertama anda bermakna masyarakat Rasulullah SAW yang dahulu mendapatkan wahyu Allah SWT saat itu, dan karenanya bermakna umat-umat beragama sebelum datangnya Islam, ada agama Yahudi, ada agama Nasrani, yakni agama Yahudi dan Nasrani yang benar yang mengenal pensyariatan puasa, meskipun bentuknya berbeda dengan pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan. Tapi secara prinsip syariat puasa telah diperintahkan oleh Allah SWT.

Senin, 08 Agustus 2011

SEDEKAH ORANG YANG MENANGIS


Perang Tabuk dikenal sebagai perang paling \'kritis\' karena tantangan besar yang dihadapi sahabat menuju tempat itu, yang terletak nun jauh di dekat perbatasan Syams. Terik panas yang memanggang saat perang memunculkan berbagai sifat manusia Islam yang sesungguhnya, yang berbeda dari sifat orang-orang yang pengecut dan munafiqin. Mereka yang terakhir ini datang kepada Rasulullah meminta izin untuk tidak terlibat dalam berperang dengan berbagai alasan yang mengada-ada.


Namun, para sahabat yang benar (shidiq) imannya, menampakkan sifat keberanian dan pengorbanan. Kalapun ada diantara mereka yang tidak turut berperang, hal itu bukan karena sebab duniawi, namun karena tidak adanya perlengkapan perang. Mereka telah datang menghadap Rasulullah meminta perlengkapan itu dan ditolak karena memang tidak ada simpanan perlengkapan itu padanya. Mereka pun pulang dengan duka yang menggunung dan air mata yang senantiasa menggenang di pelopak mata. Allah melukiskan kondisi orang-orang ini dalam firman-Nya:

Minggu, 07 Agustus 2011

Meneladani Akhlak Rasulullah


Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka. Sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah menjadi bangkai? Maka, tentulah kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." QS Al Hujuraat:12

Menapaki hari demi hari dari bulan Ramadhan yang paling utama di antara segala bulan ini ternyata kita tidak semata-mata sedang menjalani suatu kewajiban dari Allah. Akan tetapi pada hakikatnya kita tengah menapaki nikmat demi nikmat, pahala demi pahala, serta ampunan demi ampunan dari-Nya.

Rasulullah SAW diutus oleh Allah ke dunia ini bertugas untuk menyempurnakan akhlak. Beliau ajarkan akhlak mulia pada keluarga, sahabat, dan umatnya. Terhadap siapa pun beliau menghormati. Beliau tidak berbicara cepat seperti orang angkuh. Namun beliau juga tidak berbicara pelan seperti orang yang malas berkata-kata.

Lisan Rasulullah dilimpahi curahan berkah yang melimpah. Beliau berbicara jelas, tegas, penuh makna dan menghujam ke hati para shahabat yang mendengarnya. Ucapan beliau sarat dengan hikmah, indah dan bernilai. Beliau tidak berbicara kecuali perlu. Beliau selalu membuka dan menutup pembicaraan dengan menyebut nama Allah.

Dengan demikian, maka sangat mustahil bagi Rasulullah SAW untuk berburuk sangka, mencari-cari kesalahan orang lain atau menceritakan keburukan orang lain tanpa sepengetahuan mereka.

Allah berfirman dalam hadits Qudsi, yang artinya : "Aku sebagaimana prasangka hamba-Ku. Kalau ia berprasangka baik, maka ia akan mendapatkan kebaikan. Bila ia berprasangka buruk, maka keburukan akan menimpanya". Allah SWT menuntun manusia hidup dengan adab kesopanan yang luhur. Jika mereka berpegang dengan adab tersebut, insya Allah akan tumbuh rasa cinta dan kebersamaan di antara mereka. Hidup bermasyarakat akan rawan konflik. Disengaja atau tidak selalu saja akan muncul potensi sakit hati. Dan Allah telah mengajari kita agar hidup jauh dari prasangka buruk (su'uzhan), mencari-cari kesalahan orang (tajassus), dan (ghibah) yaitu membicarakan aib saudaranya, yang jika mereka mendengarnya tentu akan sakit hati dan membencinya.

Berburuk sangka atau su'uzhan akan membuat hati kita capek dan busuk. Kita tahu bahwa prasangka-prasangka buruk akan memengaruhi cara berpikir, bersikap, dan mengambil keputusan. Selain merusak hati su'uzhan juga akan melenyapkan kebahagiaan, merusak akhlak dan akan menodai kedudukan kita di sisi Allah. Jika kita sadar bahwa su'uzhan itu buruk akibatnya, maka mengapa kita tidak berbaik sangka (husnuzhan) saja kepada orang lain?

Saat kita mengucapkan salam pada orang lain, kemudian tidak mendapat jawaban sedikit pun, maka cobalah untuk berbaik sangka. Siapa tahu orang yang kita salami tidak mendengar suara kita atau mungkin saja ia tengah konsentrasi berdzikir pada Allah. Biasakanlah kita melatih diri untuk mencari seribu satu alasan positif agar dapat memaklumi orang lain. Respons positif kita bisa dijadikan salah satu cara untuk menghindari kebiasaan ber-su'uzhan.

Orang yang gemar berburuk sangka, maka akan menderita sendiri. Hidupnya akan sempit, sesempit gelas yang terisi air. Kalau dimasukkan ke dalamnya sesendok garam saja, maka akan terasa asin seluruh airnya. Berbeda dengan danau, walaupun dimasukkan sekarung garam, maka airnya tidak akan menjadi asin, sebab airnya melimpah. Demikian juga hati kita, jika hati kita sempit sesempit gelas maka sedikit saja masalah akan membuat hati kita sakit. Dan bila hati sudah sakit maka apa pun yang terjadi, akan terlihat buruk oleh mata kita. Maka jika kita gemar berbaik sangka (husnuzhan), insya Allah hidup akan terasa tenang dan lapang.

Lingkungan juga dapat membentuk akhlak seseorang. Lingkungan orang-orang beriman dan terpuji akhlaknya, insya Allah akan menghindarkan diri kita dari berburuk sangka. Ketika ada orang tak dikenal datang ke rumah kita, jangan langsung su'uzhan. Tapi juga jangan sampai hilang kewaspadaan, waspada tetap dibutuhkan di samping kewajiban kita berbaik sangka. Kita kenali yang mendatangi rumah kita, maka jangan langsung kita su'uzhan terlebih dahulu. Tapi, tidak ada salahnya kalau kita selalu waspada agar dapat mengendalikan keadaan dengan tepat.

Belajar untuk mencari seribu satu alasan sebagai jawaban dari berbagai permasalahan dapat menjadikan kita selalu husnuzhan dengan tepat. Jangan sampai kita berbaik sangka pada para penjahat. Bisa-bisa, sebelum kita menyadarinya ternyata kita telah menjadi korban kejahatannya. Bayangkan saja, bagaimana jadinya kalau kita berbaik sangka pada maling. Ber-husnuzhan juga ada ilmunya, jangan sampai kita tertipu karena telah ber-husnuzhan pada orang yang tidak tepat. Ber-husnuzhan lah pada orang beriman dan akhlaknya mulia. Dan biasakanlah untuk selalu dapat memaklumi sikap orang lain dan tetap harus waspada.

Selain menghindari su'uzhan, Allah mengajarkan hamba-Nya melalui Rasulullah SAW untuk tidak ber-tajassus (mencari-cari aib orang lain) dan ber-ghibah (menceritakan aib orang lain). Dua hal buruk ini sangat akrab sekali dalam kehidupan manusia. Kadang malah bisa menjadi kebiasaan yang sulit untuk ditinggalkan.

Ghibah adalah menyebut-nyebut seseorang tentang hal-hal yang tidak ia sukai dan tanpa sepengetahuannya. Ghibah itu dimisalkan dengan memakan daging bangkai, sebab dengan ber-ghibah berarti kita telah merobek-robek kehormatan pribadi dan orang lain yang serupa dengan merobek-robek dan memakan daging yang sudah menjadi bangkai. Lebih dari itu, ayat dari surat al Hujuraat sebagaimana tersebut di atas, menganggap bahwa daging yang dimakan itu adalah daging saudara sendiri yang telah mati, sebagai gambaran betapa kejinya perbuatan seperti itu yang dianggap menjijikan oleh perasaan orang lain.

Saudaraku, apabila kita terlanjur ber-su'uzhan, tajassus, dan ghibah, maka wajiblah bagi kita untuk bertaubat dengan taubat yang sesungguhnya. Ketika perbuatan dosa itu kita lakukan, maka secara langsung kita harus bertaubat, yaitu dengan cara berhenti dari perbuatan dosa dan menyesal atas keterlanjurannya serta bertekad kuat untuk tidak mengulangi lagi perbuatan yang sudah terlanjur dilakukan itu.

Selain bertaubat, kita harus meminta maaf pada orang yang telah kita sakiti dengan su'uzhan, tajassus, dan ghibah yang telah kita lakukan. Jika kita tidak sempat meminta maaf padanya karena ia telah tiada, maka doakanlah kebaikan bagi diri dan keluarganya. Dengan demikian, mudah-mudahan Allah mengampuni dosa yang telah kita perbuat dan tentu saja kita berharap menjadi golongan orang-orang yang bertakwa. Wallahu a'lam.

Jumat, 05 Agustus 2011

Momentum Peningkatan Tiga Kecerdasan


Oleh : KH Didin Hafidhuddin

Salah satu doa yang selalu dibaca oleh Rasulullah SAW apabila memasuki bulan Rajab adalah: "Ya Allah, berikanlah keberkahan kepada kami di bulan Rajab, keberkahan di bulan Sya'ban, dan sampaikanlah usia kami pada bulan Ramadhan." Melalui doa ini, Rasulullah mengingatkan kita betapa bulan Ramadhan itu, bulan yang harus senantiasa ditunggu-tunggu kehadirannya oleh orang-orang yang beriman.

Bulan Ramadhan itu, di samping bulan ibadah yang memanen pahala, sekaligus bulan latihan untuk membangun jati diri orang yang beriman, untuk ditingkatkan menjadi orang yang bertakwa, yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi, yang sangat dibutuhkan dalam membangun masyarakat yang sejahtera. Sebagaimana firman-Nya dalam QS Al-Baqarah ayat 183: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."

Paling tidak ada tiga kecerdasan yang perlu ditumbuhkan melalui latihan-latihan selama ibadah di bulan suci Ramadhan. Pertama, Kecerdasan emosional. Kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan pengendalian diri dalam merespons berbagai macam keadaan. Pengendalian diri ketika mencintai dan membenci sesuatu supaya tidak berlebih-lebihan. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Rasulullah bersabda: "Cintailah sesuatu itu (orang yang kamu cinta) secara sederhana, karena boleh jadi engkau akan membencinya pada suatu ketika, dan bencilah sesuatu itu (orang yang kamu benci), secara sederhana, karena boleh jadi engkau akan cinta padanya suatu ketika."

Kamis, 04 Agustus 2011

Ikan Paus Biru " SEBERAT 25-30 EKOR GAJAH"

Ilmu Pengetahuan buat Anak ku

(insight) Penghuni terbesar lautan adalah ikan paus. Jenis ikan paus yang dikenal sebagai “ikan paus biru” mempunyai berat lebih dari 150,000 kilogram dan panjangnya lebih dari 30 meter. Untuk bisa lebih membayangkan ukuran ikan paus ini, coba lihat bangunan bertingkat lima, ikan paus biru panjangnya sama dengan tinggi bangunan tersebut. Sementara itu, ingat bahwa berat ikan paus sama dengan berat 25 sampai 30 ekor gajah.
Baiklah, bagaimana seekor ikan raksasa dapat menyelam hingga kedalaman 800 – 1000 meter dan kembali ke permukaan dengan mudah? Sebagai contoh, bayangkan sebuah kapal dengan bobot 150 ton dan panjang 30 meter. Jika kapal itu tenggelam ke dasar laut sedalam 1000 meter, akan membutuhkan operasi besar-besaran selama bertahun-tahun untuk mengangkatnya kembali. Namun dengan ijin Allah, seekor paus dapat muncul ke permukaan dalam waktu 15 – 20 detik saja. Karena tulang ikan paus terbuat dari bahan berongga yang terisi minyak, ia dapat dengan mudah mengapung di permukaan air.
Ikan paus juga sangat terampil menyelam. Allah telah menciptakan tubuhnya sangat tahan terhadap tekanan yang tinggi di kedalaman air laut. Oksigen yang mengalir dalam darah dan otot-ototnya bercampur dengan zat-zat kimia memberinya tenaga saat di dalam air atau saat tidak bernapas. Paus mempunyai sistem peredaran darah yang khas yang dapat mengalirkan darah secara langsung dari organ menuju otak. Melalui cara ini, sampai saat ikan paus muncul di permukaan air untuk bernapas, ia tetap dapat mengirim oksigen di dalam tubuhnya secara langsung ke otak, organ yang paling membutuhkan oksigen.