salam

Kamis, 08 Desember 2011

ALHAMDULILLAH... AKHIRNYA PENANTIAN ITU...

Subhanallah walhamdulillah wa la ilaha illaha wallahuakbar
akhirnya yang kami tunggu tunggu telah hadir di tengah-tengah kami...
Thanks You Allah..atas karunia yang Engkau berikan...
kurang lebih 9 bulan... dan kini bidadari mungil telah membersamai kita...
tiga tahun lebih akhirnya mas Haru punya adik (lagi).. yup.. sebenarnya tahun lalu tepatnya desember... ummi dah mo punya adik..tapi takdir Allah berkehendak lain. Allah telah memilih cara lain yang lebih baik.. dan skenario Nya memang terbaik... calon adiknya haru yang pertama meninggal dalam kandungan atau istilah medisnya IUFD.. 
dan sekarang alhamdulillah.. adik lahir dengan selamat sehat dan bisa lahir spontan lho... ya sempat khawatir klo harus seperti mas Haru yg lahir sc.. namun skenario Allah sekali lagi memang yang terbaik... dan saya yakin bahwa Allah sesuai dengan prasangka hamba-Nya.. ternyata usaha jalan jalan pagi tiap hari alhamdulillah membuahkan hasil.. :)
hari selasa tanggal 6 Desember 2011 atau tepatnya 10 Muharram 1433.. menjadi hari yang istimewa... 
tak disangka.. paginya kami seperti biasa jalan pagi bersama tak ketinggalan juga mas Haru.. 
setelah itu ummi beres-beres perlengkapan buat jaga jaga nanti klo lairan...dan belum selesai ummi packing... (biasa klo packing lama..hehe sambil mikir2...^^ )
siangnya ummi kok ngrasa ga enak di perut... apakah ini kontraksi?? tapi kadang hilang kadang muncul... dan sakitnya masih sebentar... semoga ini memang tandanya.. dulu soalnya pas mas Haru sakitnya lama hampir semalaman baru paginya baru keluar flek.. dan detik demi detik.. menit demi menit... jam demi jam.. sakit itu bertambah sakit.. sehingga sudah tidak kuat lagi jalan-jalan atau mempacking baju yang belum selesai dan berbaring adalah posisi paling nyaman... (walo sebenarnya sudah tidak nyaman...tapi inilah jihadnya seorang perempuan.. chayo..)
saat itu ummi sebenarnya puasa asyuro... tp mo gmn lg..nunggu buka kok msh 3 jam lgi...tapi ga ada tenaga gimana klo lairan sekarang... terpaksa deh "mokel".. dan baru beberapa suap saja..perut sdh tidak bersahabat...  penginnya mo ke rsu tapi kok nunggu ada tanda (soalnya dulu haru kelamaan di rsu..bikin stres klo lama blm lahir-lahir..) dan pada saat itu abi baru saja berangkat ujian semester.. padahal rasanya sudah tak tertahan lagi...dan terasa keluar air..dan apa ini yang namanya air ketuban ya... akhirnya kuputuskan telpon abi untuk segera pulang untuk nganter ke rsu..
mobil jemputan dari mobil kantor sudah siap meluncur ke rsu..sesampainya di rsu langsung ke IGD... kemudian di bawa ke ruang bersalin...akhirnya kurang lebih 5 menit... adek kecil yang cantik telah lahir ke dunia padahal saat itu abi masih ngurus administrasi masuknya ummi di rsu.. jadi ndak tau proses lahirnya adek.. bahkan pas adek di bawa perawat untuk di bersihin.. ga tau kalo itu adalah anaknya.. ^^
Benar-benar tak disangka..tak di nyana...secepat itu  ^^
Dan ini foto adek cantik kita...

Terima kasih Ya Allah.. Engkau telah mengabulkan segala doa-doa kami, Engkau telah hadirkan anak perempuan untuk melengkapi kehidupan kami.. Semoga kami bisa menjadi keluarga yang amanah.. keluarga yang menjalankan syariat-Mu,... dalam rangka menyeru dakwah-Mu... Amin Ya Robbal A'lamin...

[Ummi] 

Kamis, 10 November 2011

Shalahuddin Al Ayyubi, Pahlawan Islam dari Seratus Medan Pertempuran (1137 – 1193 M)

Hari ini Indonesia tepat tanggal 10 November memperingati Hari Pahlawan...
So..tak ada salahnya kali ini Keluarga Wafi mo berbagi tentang kepahlawan.. nah kali ini sosok pahlawan yang diangkat adalah Sultan Salahuddin Al Ayyubi...
Why? kok Sultan Salahuddin Al Ayyubi sich... allright..let's see... klo dah baca pasti deh tau jawabannya..
(komen ya klo dah baca... tq.. ^^ )

Hudzaifah.org – SULTAN SALAHUDDIN AL-AYYUBI, namanya telah terpateri di hati sanubari pejuang Muslim yang memiliki jiwa patriotik dan heroik, telah terlanjur terpahat dalam sejarah perjuangan umat Islam karena telah mampu menyapu bersih, menghancurleburkan tentara salib yang merupakan gabungan pilihan dari seluruh benua Eropa.

Konon guna membangkitkan kembali ruh jihad atau semangat di kalangan Islam yang saat itu telah tidur nyenyak dan telah lupa akan tongkat estafet yang telah diwariskan oleh Nabi Muhammad saw., maka Salahuddinlah yang mencetuskan ide dirayakannya kelahiran Nabi Muhammad saw. Melalui media peringatan itu dibeberkanlah sikap ksatria dan kepahlawanan pantang menyerah yang ditunjukkan melalui “Siratun Nabawiyah”. Hingga kini peringatan itu menjadi tradisi dan membudaya di kalangan umat Islam.

Jarang sekali dunia menyaksikan sikap patriotik dan heroik bergabung menyatu dengan sifat perikemanusian seperti yang terdapat dalam diri pejuang besar itu. Rasa tanggung jawab terhadap agama (Islam) telah ia baktikan dan buktikan dalam menghadapi serbuan tentara ke tanah suci Palestina selama dua puluh tahun, dan akhirnya dengan kegigihan, keampuhan dan kemampuannya dapat memukul mundur tentara Eropa di bawah pimpinan Richard Lionheart dari Inggris.

Hendaklah diingat, bahwa Perang Salib adalah peperangan yang paling panjang dan dahsyat penuh kekejaman dan kebuasan dalam sejarah umat manusia, memakan korban ratusan ribu jiwa, di mana topan kefanatikan membabi buta dari Kristen Eropa menyerbu secara menggebu-gebu ke daerah Asia Barat yang Islam.

Seorang penulis Barat berkata, “Perang Salib merupakan salah satu bagian sejarah yang paling gila dalam riwayat kemanusiaan. Umat Nasrani menyerbu kaum Muslimin dalam ekspedisi bergelombang selama hampir tiga ratus tahun sehingga akhirnya berkat kegigihan umat Islam mereka mengalami kegagalan, berakibat kelelahan dan keputusasaan. Seluruh Eropa sering kehabisan manusia, daya dan dana serta mengalami kebangkrutan sosial, bila bukan kehancuran total. Berjuta-juta manusia yang tewas dalam medan perang, sedangkan bahaya kelaparan, penyakit dan segala bentuk malapetaka yang dapat dibayangkan berkecamuk sebagai noda yang melekat pada muka tentara Salib. Dunia Nasrani Barat saat itu memang dirangsang ke arah rasa fanatik agama yang membabi buta oleh Peter The Hermit dan para pengikutnya guna membebaskan tanah suci Palestina dari tangan kaum Muslimin”.

“Setiap cara dan jalan ditempuh”, kata Hallam guna membangkitkan kefanatikan itu. Selagi seorang tentara Salib masih menyandang lambang Salib, mereka berada di bawah lindungan gereja serta dibebaskan dari segala macam pajak dan juga untuk berbuat dosa.

Peter The Hermit sendiri memimpin gelombang serbuan yang kedua terdiri dari empat puluh ribu orang. Setelah mereka sampai ke kota Malleville mereka menebus kekalahan gelombang serbuan pertama dengan menghancurkan kota itu, membunuh tujuh ribu orang penduduknya yang tak bersalah, dan melampiaskan nafsu angkaranya dengan segala macam kekejaman yang tak terkendali. Gerombolan manusia fanatik yang menamakan dirinya tentara Salib itu mengubah tanah Hongaria dan Bulgaria menjadi daerah-daerah yang tandus.

“Bilamana mereka telah sampai ke Asia Kecil, mereka melakukan kejahatan-kejahatan dan kebuasan-kebuasan yang membuat alam semesta menggeletar” demikian tulis pengarang Perancis Michaud.

Gelombang serbuan tentara Salib ketiga yang dipimpin oeh seorang Rahib Jerman, menurut pengarang Gibbon terdiri dari sampah masyarakat Eropa yang paling rendah dan paling dungu. Bercampur dengan kefanatikan dan kedunguan mereka itu izin diberikan guna melakukan perampokan, perzinaan dan bermabuk-mabukan. Mereka melupakan Konstantin dan Darussalam dalam kemeriahan pesta cara gila-gilaan dan perampokan, pengrusakan dan pembunuhan yang merupakan peninggalan jelek dari mereka atas setiap daerah yang mereka lalui” kata Marbaid.

Gelombang serbuan tentara Salib keempat yang diambil dari Eropa Barat, menurut keterangan penulis Mill “terdiri dari gerombolan yang nekat dan ganas. Massa yang membabi buta itu menyerbu dengan segala keganasannya menjalankan pekerjaan rutinnya merampok dan membunuh. Tetapi akhirnya mereka dapat dihancurkan oleh tentara Hongaria yang naik pitam dan telah mengenal kegila-gilaan tentara Salib sebelumnya.

Tentara Salib telah mendapat sukses sementara dengan menguasai sebagian besar daerah Syria dan Palestina termasuk kota suci Yerusalem. Tetapi Kemenangan-kemenangan mereka ini telah disusul dengan keganasan dan pembunuhan terhadap kaum Muslimin yang tak bersalah yang melebihi kekejaman Jengis Khan dan Hulagu Khan.

Selasa, 01 November 2011

Ingin Cerdas, Jangan Lupa Sarapan...

 Kita selalu dituntut untuk memenuhi kebutuhan, karena itulah manusia tidak pernah berhenti untuk beraktivitas, mulai dari pagi hingga sore hari, bahkan kadang-kadang sampai tengah malam.

Seperti halnya mobil memerlukan bensin untuk berjalan, manusiapun memerlukan energi untuk beraktivitas dan pagi adalah waktu kita mengawali hari untuk melakukan aktivitas. Dan sebagai motor penggerak, sarapan adalah hal adalah ritual yang wajib kita lakukan, mengingat kadar gula tubuh kita sangat rendah di pagi hari.

Sarapan

Sarapan mungkin terdengar sepele, namun sangat vital bagi tubuh kita, apalagi jika kita dituntut untuk bekerja total seharian. Seringkali kita mengabaikan sarapan dengan alasan kurangnya waktu, atau bosan dengan menu sarapan yang itu-itu saja. Padahal, sarapan bukan sekedar pengganjal perut, tapi juga memberikan energi agar kita bisa beraktivitas dengan baik, otak bekerja lebih optimal, dan tidak cepat mengantuk.

Namanya juga sarapan, kita tak harus mengkonsumsi makanan menu lengkap dengan porsi segunung. Jumlah makanan yang kita konsumsi kurang lebih sepertiga dari makanan sehari. Ini berarti makanan yang dikonsumsi sewaktu sarapan bukan hanya mengenyangkan, tetapi juga bergizi lengkap dan seimbang.

Meskipun minim dalam kuantitas tapi kualitas tetap harus diperhatikan. Sarapan yang benar harus mengandung zat tenaga, protein atau zat pembangun, vitamin dan mineral sebagai zat pengatur yang banyak kita peroleh dari sayur dan buah-buahan.

Pengaruh Bagi Otak

Otak adalah sebuah anugrah tertinggi yang diberikan Tuhan kepada manusia. Letak kecerdasan manusia juga berada di dalam organ ini, untuk itu pemberian makanan yang baik dan teratur akan berpengaruh dengan fungsi dan kerja otak.

Selasa, 18 Oktober 2011

Al-Qur’an Bicara Tentang Utuhnya Jasad Fir’aun, Ilmu Modern Membenarkannya!!!

Di dalam bukunya, “al-Qur’an Dan Ilmu Modern”, Dr Morris Bukay* menyingkap adanya kesesuaian antara informasi yang dipaparkan di dalam al-Qur’an mengenai nasib Fir’aun yang hidup pada masa nabi Musa (setelah ia tenggelam di laut) dan keberadaan jasadnya hingga hari ini sebagai tanda kebesaran Allah terhadap alam semesta ini. Dalam hal ini adalah firman Allah SWT, “Maka pada hari ini, Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang kami mengerjakannya, dan supaya kamu berdua mempunyai kekuasaan di muka bumi? Kami tidak mempercayai kamu berdua.”(QS.Yunus:92) 

Dr Bukay melanjutkan, “Riwayat versi Taurat yang terkait dengan kisah keberangkatan bangsa Yahudi bersama Musa AS dari Mesir menguatkan analisa yang mengatakan bahwa Mineptah, pengganti Ramses II adalah Fir’aun Mesir di masa nabi Musa AS. Penelitian medis terhadap mummi Mineptah mengemukakan kepada kita informasi penting lainnya mengenai apa kemungkinan penyebab kematian Fir’aun ini.

Sesungguhnya Taurat menyebutkan, jasad Fir’aun tersebut ditelan laut, akan tetapi tidak memberikan rincian mengenai apa yang terjadi setelah itu. Sedangkan al-Qur’an menyebutkan bahwa jasad Fir’aun yang dilaknat itu akan diselamatkan dari air sebagaimana yang tertera dalam ayat di atas. Pemeriksaan medis terhadap mummi ini menunjukkan, jasad tersebut tidak berada dalam waktu yang lama di dalam air sebab tidak ada tanda-tanda ia mengalami kerusakan (pembusukan) total akibat terendam lama di dalam air.**

Minggu, 16 Oktober 2011

Mutiara Kehidupan Para Tabi'in: Al-Hasan Al-Bashriy

Datanglah seseorang utusan kepada Ummu Salamah ra (salah seorang di antara istri RasuluLLAH SAW, namanya Hind binti Suhailin) yang mengkabarkan bahwa salah seorang sahaya wanitanya telah melahirkan seorang putra, maka bayi itu ditimang dan didoakan oleh wanita yang mulia tersebut dan diberi nama al-Hasan. Kelahiran anak tersebut juga menjadi kegembiraan bagi keluarga seorang sahabat terkemuka yang lain yaitu Zaid bin Tsabbit ra (salah seorang diantara 7 orang ahli Qur’an dan penulis mushaf al-Qur’an di zaman Nabi SAW, Abubakar ra dan Umar ra), karena ayah dari bayi itu adalah bekas hamba sahayanya.

Ummu Salamah ra adalah seorang wanita yang sangat taqwa kepada ALLAH SWT, ia meriwayatkan 387 hadits dari suaminya penghulu para nabi SAW, ia wanita yang cerdas dan juga pandai baca-tulis. Sehingga bayi itu hidup dan dibesarkan dalam pangkuan keluarga yang harum semerbak dengan suasana keluarga nabi SAW (walaupun saat itu nabi SAW telah wafat). Ketika besar kelak ia tinggal di Bashrah (sekarang di wilayah Iraq), sehingga ia digelari al-Hasan al-Bashri.

Minggu, 11 September 2011

Kisah Sebuah Wortel, Sebutir Telur dan Secangkir Kopi

Seorang gadis mengadu pada ibunya, berkeluh kesah tentang kehidupannya yang dirasa amat berat. Gadis itu tidak tahu bagaimana dia akan melalui semua itu dan merasa ingin menyerah saja. Dia merasa lelah berjuang dan menderita dalam kehidupan ini. Jika satu masalah teratasi, akan timbul masalah baru.

Ibunya mengajak putrinya menuju dapur. Diisinya 3 buah panci dengan air dan direbusnya air itu dengan api yang besar. Begitu semua air mendidih, dia masukkan wortel pada panci pertama, telur pada panci ke dua, dan butiran kopi di panci terakhir. Mereka menunggu sampai ketiga air di panci kembali mendidih.

Dalam 20 menit kompor-kompor dimatikan oleh sang ibu. Wortel dikeluarkan dan diletakkannya di sebuah piring. Begitu juga dengan telur dan kopi diletakkan dalam piring dan gelas berbeda. Sang ibu memandang putrinya sambil berkata : "Katakan apa yang kamu lihat."

Putrinya menjawab : "Wortel, telur dan kopi".

Ibunya meminta putrinya agar mendekat dan merasakan wortel itu. Wortel itu menjadi lembek. Ibunya kemudian meminta putrinya untuk memecahkan telur yang telah matang itu. Setelah mengupas kulitnya, dia sadar bahwa isi telur itu telah mengeras karena direbus. Akhirnya sang ibu meminta putrinya untuk meminum kopi yang telah matang. Putrinya tersenyum merasakan keharuman kopinya.

"Apa arti semua ini, ibu?" tanya putrinya.

Ibunya menjelaskan bahwa setiap benda-benda itu telah melewati "Kemalangan" yang sama, yaitu direbus di dalam air mendidih. Namun tiap benda punya reaksi berbeda.

Wortel itu sebelumnya kuat, keras dan "tidak berperasaan". Namun setelah direbus dia menjadi lunak dan lemah. Telur itu sebelumnya rentan, mudah pecah. Punya dinding tipis untuk melindungi cairan di dalamnya. Namun setelah direbus, cairan di dalamnya menjadi keras. Sedang butiran kopi adalah fenomena unik, ia menjadi air setelah direbus."

"Termasuk yang mana kamu, anakku?" kata ibu pada putrinya. "Jika kemalangan mengetuk pintumu, bagaimana kamu meresponnya? Apakah kamu seperti wortel, sebutir telur atau biji kopi?"

Camkan Hal ini :

Termasuk yang mana aku ini? Apakah seperti wortel yang terlihat keras namun ketika dihadang masalah dan kemalangan aku menjadi lemah dan kehilangan kekuatanku?

Apakah hatiku rentan seperti isi telur, namun ketika "dididihkan" oleh kematian, perpisahan, masalah keuangan atau ujian-ujian lainnya menjadikan hatiku kuat? Apakah dinding luarku masih terlihat sama namun kini didalam aku menjadi seorang yang gigih dan berjiwa keras? Atau aku mirip dengan biji kopi? Biji kopi sebenarnya mengubah air panas disekitarnya, yaitu keadaan yang membawanya dalam kepedihan. Ketika air mulai mendidih, maka dia mengeluarkan aroma dan rasa kopi yang nikmat.

Bila keadaan menjadi kian memburuk, mampukah kalian mengubah situasi di sekitar menjadi suatu kebaikan? Ketika hari kian gelap dan ujian semakin meningkat, apakah kalian mengangkat diri sendiri ke tingkatan yang lain? Bagaimana kalian menangani masalah-masalah hidup yang datang silih berganti? Apakah kalian mirip sebuah wortel, sebutir telur atau biji kopi?

Semoga kalian mempunyai cukup bekal kebahagiaan untuk membuat hidup terasa indah. Cukup ujian agar membuat kalian kuat, cukup kesusahan agar kalian lebih manusiawi, dan cukup harapan untuk membuat kalian mampu bertahan hidup.

Ketika dilahirkan, bayi menangis disaat semua orang tersenyum menyambut kehadirannya. Menangkan hidup ini agar diakhir perjalanan nanti kita bisa tersenyum ketika semua orang disekitar menangis.

Dunia ini memang panggung sandiwara, kita dan semua yang kita lihat hanyalah ilusi yang penuh dengan kiasan-kiasan. Kita bukan siapa-siapa, kita bukanlah seperti yang kita sangka. Kita hanyalah bayangan-bayangan, pujilah Dia Yang mampu membuat bayangan-bayangan bisa mendengar, melihat, merasa, berbicara, dan berbuat apa saja. Bukalah hati, mata dan pikiranmu semasa di dunia, karena siapa yang buta hatinya di dunia, di akhirat nanti akan semakin dibuat buta oleh Tuhan-nya?

Subhanallah.


Milis DT
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar  

Selasa, 06 September 2011

Pembiaran

oleh Annis Matta

Seperti ketika Rasulullah SAW tertawa-tawa menyaksikan Aisyah dan Saudah saling bertengkar dan saling menimpuk wajah mereka dengan kue, atau seperti ketika Ummu Salamah menjawab enteng pertanyaanAnas bin Malik tentang Rasulullah SAW yang selalu refleks mencium Aisyah tapi tidak begitu dengan beliau, kita semua belajar tentang sebuah fakta bahwa ternyata cinta memang punya mekanismenya sendiri dalam menyelesaikan masalah-masalahnya.

Pembiaran.

Yah, pembiaran. Mereka dengan sengaja membiarkan sebagian masalah itu terjadi. Dan tidak memikirkannya. Apalagi menyelesaikannya. Karena tidak semua masalah memang harus dipikirkan. Karena tidak semua masalah memang harus diselesaikan. Karena memang ada banyak masalah yang selesai karena tidak dipikirkan dan tidak diselesaikan. Persis seperti ketika kita membiarkan seorang bocah kecil menangis dan tidak menghiraukannya, ia akan berhenti dengan sendirinya. Sebab memang ada ”ruang pelepasan jiwa” yang mengharuskan kita ”tega” menyaksikannya untuk lepas bebas, sembari menanti dengan cukup ”yakin” bahwa ia akan kembali tenang dengan sendirinya.

Bahkan misalnya Ibnul Qoyyim mengatakan bahwa menangis itu bagus untuk kesehatan jantung anak-anak, sebenarnya menangis juga bagus untuk perempuan, khususnya untuk kehalusan kulit mereka.

Jadi mekanisme pembiaran menuntut adanya keyakinan dari sedikit ketegaan.

Kamis, 01 September 2011

Antara Menangis dan Tertawa

Oleh : A Ilyas Ismail

Pada suatu ketika di Hari Raya Idul Fitri, sufi Ibn al-Wardi bertemu dengan sekelompok orang yang sedang tertawa terbahak-bahak. Melihat pemandangan itu, Ibn al-Wardi menggerutu sendiri. Katanya, ''Kalau mereka memperoleh pengampunan, apakah dengan cara itu mereka bersyukur kepada Allah, dan kalau mereka tidak memperoleh pengampunan, apakah mereka tidak takut azab dan siksa Allah?''
Kritik Ibn al-Wardi ini memperlihatkan sikap kebanyakan kaum sufi. Pada umumnya mereka tidak suka bersenang-senang dan tertawa ria. Mereka lebih suka menangis dan tepekur mengingat Allah. Bagi kaum sufi, tertawa ria merupakan perbuatan tercela yang harus dijauhi, karena perbuatan tersebut dianggap dapat menimbulkan ghaflah, yaitu lalai dari mengingat Allah.

Akibat buruk yang lain, tertawa ria dapat membuat hati menjadi mati, yang membuat seseorang tidak dapat mengenal Allah (Al-Zumar: 22), tidak dapat menerima petunjuk (Al-Baqarah: 7), dan mudah disesatkan oleh setan (Hajj: 53). Pada waktu Perang Tabuk, orang-orang munafik berpaling dan menolak berperang bersama Nabi. Mereka justru bersenang-senang dan tertawa ria di belakang beliau. Tentu saja mereka dikecam oleh Allah dan diancam hukuman berat. Firman-Nya, ''Katakanlah: Api neraka itu lebih sangat panasnya jikalau mereka mengetahui.

Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan.'' (Al-Taubah: 81-82). Ayat di atas, menurut pakar tafsir al-Razi, datang dalam bentuk perintah (al-amr), tetapi mengandung makna berita (al-khabar). Dalam perspektif ini, ayat tersebut bermakna bahwa kegembiraan dan suka cita orang-orang munafik itu sesungguhnya sebentar, tidak lama, lantaran kenikmatan dunia tidak kekal alias terbatas.

Selasa, 23 Agustus 2011

IDUL FITRI DENGAN BEKAL "LAILATUL QADAR"*


oleh M. Syamsi Ali




Tanpa terasa Ramadhan yang kita sambut dengan riang kini bergegas meninggalkan kita. Rasanya sedih, tamu yang agung dan penuh berkah itu, yang telah dengan sepenuh hati memenuhi hajat-hajat keperluan mendasar kita, kini akan meninggalkan kita. Padahal, sesuai tradisi lama, justeru tamulah yang seharusnya mendapatkan pelayanan. Tamulah yang seharusnya dilayani sesempurna mungkin, sehingga kita bisa dicap sebagai seorang Muslim yang "mukrimun lidhaifih" (memuliakan tamunya). Sayang, justeru perbekalan yang di bawa oleh tamu untuk kita jauh lebih besar ketimbang usaha kita sendiri untuk memenuhi tuntutan-tuntutannya.

Maka di penghujung Ramadhan ini, seharusnya semua kita gembira, namun juga seharusnya lebih banyak merenungi diri akan kegagalan-kegagalan kita dalam memenuhi hak-hak tamu kita kita. Sehingga sangat wajar kalau Rasulullah SAW mengajak para sahabatnya untuk berdoa sepanjang tahun ke depan, agar puasa mereka tahun ini kiranya diterima oleh Allah Yang Maha Rahman. Adakah perasaan "khawatir" ini ada dalam diri kita? Atau justeru dengan berlalunya Ramadhan, seolah kita telah mendapatkan "garansi" kalau kita pasti akan masuk ke dalam syurga firdaus. Akibatnya, seolah puasa selama sebulan itu telah menjadi "penutup" dari seluruh ibadah dan segala dosa-dosa mendatang. Maka sering kita lihat, di saat Ramadhan masjid-masjid masih melimpah ruah jama'ahnya, shalat sunnah malam terjaga, demikian pula bacaan al Qur'an, dst. Tapi setelah Ramadhan terlewatkan, seolah semua selesai. Maka jangankan yang sunnah-sunnah, yang wajib sekalipun terkadang cenderung terabaikan.

Senin, 22 Agustus 2011

KISAH RASULULLAH DENGAN JIBRIL MALAM MENJELANG IDUL FITRI

Kisah ini terjadi pada diri Rasulullah dan para sahabatnya.
Saat itu malam hari raya iedul fitri seperti biasanya Rasul dan para sahabat membaca Takbir,Tahmid dan Tahlil di Masjidil Haram.
Saat sedang bertakbir, tiba- tiba  rasulullah keluar  dari  kelompok dan menepih kearah dinding. Kemudian Rasullah  mengangkat  kedua  tangannya  ( seperti orang berdoa ) saat itu Rasul mengatakan amin sampai tiga kali.
Setelah  Rasul  mengusapkan  kedua tangan diwajahnya (seperti orang selesai berdoa )  para  sahabat  mendekat  dan  bertanya  :  Ya Rasul apa yang terjadi sehingga  engkau  mengangkat kedua belah tanganmu sambil mengatakan amien sampai tiga kali ?
Jawab  Rasul  : Tadi saya didatangi Jibril dan meminta saya mengaminkan doanya.?
Apa  gerangan  doa  yang  dibacakan  Jibril  itu  ya Rasul ? tanya sahabat kemudian Rasul  menjawab  :  Kalau  kalian  ingin tahu inilah doa yang disampaikan Jibril dan saya mengaminkan? :
1.        Ya Allah ya Tuhan kami  Janganlah diterima amal Ibadah kaum Muslimin selama bulan Ramadhan apabila dia masih bersalah kepada orang tuanya dan belum  dimaafkan?. Rasul mengatakan Amien
2.        Ya Allah ya Tuhan kami Janganlah diterima amal ibadah kaum muslimin selama bulan Ramadhan  apabila suami isteri masih berselisih dan belum saling  memaafkan.? Rasul  mengatakan amien
3.        Ya Allah ya Tuhan kami janganlah diterima amal Ibadah kaum Muslimin selama bulan Ramadhan apabila dia dengan tetangga dan kerabatnya masih berselisih dan belum saling Memaafkan.? Rasul mengatakan amien

Demikianlah  doa  yang  dibaca  Jibril sehingga Rasul mengaminkan sampai tiga kali. Namun disini ada 4 Faktor yang membuat doa tersebut pasti dikabulkan Allah yaitu:
1.        Yang berdoa Jibril Mahluk yang sejak diciptakan tidak pernah membantah dan berbuat dosa kepada Allah
2.        Yang mengaminkan doa tersebut Muhammad manusia Ma'sum yang telah diampuni semua dosanya
3.        Tempat berdoa adalah Masjidil haram tempat yang mendapat berkah dari Allah
4.        Waktu berdoa adalah malam iedul fitri yaitu satu diantara sepuluh malam jika kita berdoa langsung di ijabah oleh Allah. 

 Jadi  jika kita ingin Amal ibadah kita di bulan Ramadhan ini diterima Allah maka hindarilah   tiga  yang  diatas.  Karena  selama  tiga  persoalan  diatas belum diselesaikan  maka  amal  ibadah kita selama bulan ramadhan masih dipending oleh
 Allah sampai kita menyelesaikannya.
 Barakallahu walakum wassalamu alaikum wr.wb.





Sabtu, 20 Agustus 2011

Mimpi Bertemu Rasulullah

Syaikh Nur al-Jerrahi (Lex Hixon)




Malam yang mulia itu lebih baik dari seribu bulan. (QS 97:3)

Di ruangan belakang Masjid al-Farah di West Broadway Manhattan, syaikh itu, pimpinan sebuah kelompok Sufi, duduk di kursi malas di dekat foto gurunya yang tak berjenggot, tenggelam dalam sinar yang terang benderang. Di atas meja ada sebuah serban. Syaikh Nur yang berambut pirang, tanpa alas kaki, mengenakan jubah berwarna hijau dan rompi dari wol. Dia lebih suka menyumbangkan tenaga daripada memberikan jawaban "yang bersifat informatif" pada pertanyaan-pertanyaan, begitu katanya kemudian.
Hanya kehendak Tuhan yang berlaku dalam hidup ini. Setiap masalah telah diketahui oleh kehendak yang tak terbatas ini sejak zaman azali. Menurut agama Islam, jiwa tidak muncul begitu saja bersamaan dengan waktu kelahiran, jiwa itu abadi. Di dalam jiwa tersimpan segala sesuatu yang akan terjadi dalam hidup. Dan hanya sebagian kecil dari pengetahuan itu yang diizinkan Allah untuk diketahui oleh manusia itu sendiri dalam hidupnya. Begitulah jiwa manusia itu dibentuk, terlepas dari apakah dia dengan penuh kesadaran memeluk Islam atau tidak. Beberapa jiwa mendapat izin dari Tuhan untuk memeluk Islam secara historis. Yang lain mendapat izin untuk memeluk tradisi mulia lainnya. Sebagian yang lain mungkin memperoleh izin untuk mewujudkan kebenaran tanpa menjadi bagian dari salah satu tradisi besar kemanusiaan. Tak ada satu jiwa pun yang tidak berasal dari Allah dan yang tidak membawa semua kekayaan dan pengetahuan yang sebelumnya telah diberikan pada jiwa itu.
Ketika seseorang ingin menjadi syaikh, dia tidak boleh berpikir dalam kerangka kepribadian yang terbatas. Dia harus melihat seluruh kehidupannya, seluruh masa kecilnya, dan pendidikannya semata-mata sebagai sebuah jembatan --jembatan yang sangat sempit-- yang membawanya ke suatu tempat di mana dia akan bertemu dengan gurunya dan memulai latihan spiritual. Pada akhirnya dia larut ke dalam pengukuhan La ilaha ill Allah. Jembatan sempit itu merupakan jembatan menuju Surga persatuan. Di bawah jembatan itu terdapat godaan kehidupan duniawi. Dia tidak boleh terperosok ke dalam godaan itu, baik itu godaan finansial maupun godaan religius. Jembatan itu dapat dilewati hanya jika Anda menginginkan kebenaran. Akhirnya Anda akan mencapai Surga, yang merupakan tingkat kesadaran, tingkat tauhid, tingkat persatuan.
Lex Hixon adalah orang yang berada di atas jembatan itu.
Kontak pertama saya dengan Islam dimulai ketika saya berumur tujuh belas tahun. Waktu itu saya sedang mengunjungi seorang teman di Washington, D.C. Pada sore hari saya biasa berjalan-jalan di dekat bangunan pada saat itu mungkin merupakan satu-satunya masjid besar di Amerika Serikat, yaitu Islamic Center yang berdiri gagah dengan kubah dan dengan arsitekturnya yang Islami. Waktu itu saya mendapat perasaan bahwa bangunan itu adalah bangunan yang penting.

Rabu, 17 Agustus 2011

Yang Pertama Kali Mendukung Kemerdekaan Republik Indonesia 1945

Kota pelabuhan Iskandariyah pertengah Juli 1945. Jam kayu di sebuah penginapan murah di kota pelabuhan Mesir telah menunjuk angka 22.00 waktu setempat. Di satu ruangan yang tak seberapa besar, empat-puluhan kelasi kapal berkebangsaan Indonesia berkumpul. Sejumlah mahasiswa Indonesia yang tengah studi di Mesir terlihat memimpin rapat.

Beda dengan pertemuan sebelumnya, malam itu atmosfir rapat terasa agak emosionil! Para kelasi Indonesia yang bekerja di berbagai kapal asing yang tengah merapat di Iskandariyah, Port Said, dan Suez itu banyak yang yakin, jihad fii sabilillah yang tengah digelorakan banga Indonesia melawan penjajah belanda dalam waktu dekat akan sampai pada puncaknya.

Muhammad Zein Hassan, salah seorang mahasiswa Indonesia yang hadir, berpesan pada para kelasi agar mulai menabung. “Di saat terjadinya jihad, mereka sebaiknya meninggalkan kapal-kapal sekutu agar tidak menodai perjuangan.”

Sambutan para kelasi yang dalam kesehariannya jauh dari tuntunan agama itu sungguh mengharukan. Mereka dengan sepenuh hati menyanggupi hal tersebut. “Jika fatwa sudah turun, kami akan mematuhi,” ujar salah seorang dari mereka.

Tak terasa, jam telah berada di angka satu. Acara ditutup dengan sumpah setia dengan perjuangan bangsanya yang nun jauh di seberang lautan. Seluruh peserta mengangkat tangan kanan dan dikepalkan. Dengan menyebut nama Allah SWT, mereka bertekad akan membantu dengan sekuat tenaga jihad fii sabilillah yang akan digelorakan bangsanya dalam waktu dekat ini.

Sumpah para kelasi tersebut tidak main-main. Terbukti di kemudian hari, dua bulan setelah proklamasi dibacakan Soekarno-Hatta, dua orang kelasi Indonesia tiba di Kairo dengan berjalan kaki dari Tunisia. 

“Saat kami tanya mengapa berjalan kaki sejauh itu, mereka menjawab bahwa mereka menerima fatwa yang dibawa teman-teman mereka dari Indonesia. Fatwa itu menyatakan haram hukumnya bekerja dengan orang kafir yang memerangi kaum Muslimin,” ujar Zein Hassan.

Senin, 15 Agustus 2011

Cerita dari Sekolah Penghafal Qur'an Balita

tulisan ini dari sebuah milis [ usahamulia.net ] pada tanggal 08 Juli 2005.
walaupun sudah lama semoga dapat memberikan inspirasi dan pencerah bagi kita.. ^^

Assalamualaikum wr wb,

Saya tinggal di Iran dan punya usia anak empat tahun. Sejak tiga bulan lalu, saya masukkan dia ke sekolah hafiz Quran untuk anak2. Setelah masuk., wah ternyata unik banget metodenya. (Siapa tau bisa dijadikan masukan buat akhwat2 yg berkecimpung di bidang ini.) Anak-anak balita yang masuk ke sekolah ini (namanya Jamiatul Quran), tidak disuruh langsung ngapalin juz'amma, melainkan setiap kali datang, diperlihatkan gambar misalnya, gambar anak lagi cium tangan ibunya, (di rumah, anak disuruh mewarnai gambar itu), lalu guru cerita ttg gambar itu (jadi anak harus baik.dll).

Kemudian, si guru ngajarin ayat "wabil waalidaini ihsaana/Al Isra:23" dengan menggunakan isyarat (kayak isyarat tuna rungu), misalnya, "walidaini", isyaratnya bikin kumis dan bikin kerudung di wajah (menggambarkan ibu dan ayah). Jadi, anak2 mengucapkan ayat itu sambil memperagakan makna ayat tersebut. Begitu seterusnya (satu pertemuan hanya satu atau dua ayat yg diajarkan). Hal ini dilakukan selama 4 sampai 5 bulan. Setelah itu, mereka belajar membaca, dan baru kemudian mulai menghapal juz 'amma.

Suasana kelas juga semarak banget. Sejak anak masuk ke ruang kelas, sampai pulang, para guru mengobral pujian-pujian (sayang, cantik, manis, pintar.dll) dan pelukan atau ciuman. Tiap hari (sekolah ini hanya 3 kali seminggu) selalu ada saja hadiah yang dibagikan untuk anak-anak, mulai dari gambar tempel, pensil warna, mobil2an, dll. Habis baca doa, anak-anak diajak senam, baru mulai menghapal ayat. Itupun, sebelumnya guru mengajak ngobrol dan anak2 saling berebut memberikan pendapatnya. (Sayang anak saya krn masalah bahasa, cenderung diam, tapi dia menikmati kelasnya). Setelah berhasil menghapal satu ayat, anak-anak diajak melakukan berbagai permainan. Oya, para ibu juga duduk di kelas, bareng2 anak2nya. Kelas itu durasinya 90 menit .
Hasilnya? Wah, bagus banget!

Rabu, 10 Agustus 2011

Orang Puasa Selalu Membuat Sejarah


Oleh: Dr Hidayat Nur Wahid

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.(QS.Al-Baqarah: 183).


Puasa mengajarkan kepada kita bahwa kita adalah mahluk sejarah yang berperan aktif dalam pembentukan sejarah kehidupan manusia. Manusia bukanlah sosok yang tiba-tiba datang dari langit yang kemudian datang ke bumi atau sosok yang datang dari suatu tempat yang tidak diketahui latar belakangnya sehingga kita tak perlu peduli tentang apa yang akan diperbuatnya dimasa mendatang, dan bukan pula sosok yang kemudian tanpa jati diri dan dicitrakan dengan mengidentikkan umat Islam adalah teroris sebagaimana yang dituduhkan saat ini.

Semua tuduhan negatif itu mungkin bisa terjadi kalau umat Islam itu tidak memiliki latar belakang sejarah yang jelas. Umat Islam adalah ummat yang memiliki jati diri dan sejarah yang jelas. Makanya seseorang itu tidak bisa dikaitkan secara langsung dengan Islam seandainya prilakunya sangat jauh atau tidak sesuai dengan prilaku standar sejarah umat Islam dimasa lalu.

Dalam QS Al Baqarah ayat 183-184 Allah SWT berfirman bahwa pewajiban adanya puasa di bulan Ramadhan ini adalah kewajiban yang telah terjadi sebelum anda. Anda bisa bermakna dua, pertama anda bermakna masyarakat Rasulullah SAW yang dahulu mendapatkan wahyu Allah SWT saat itu, dan karenanya bermakna umat-umat beragama sebelum datangnya Islam, ada agama Yahudi, ada agama Nasrani, yakni agama Yahudi dan Nasrani yang benar yang mengenal pensyariatan puasa, meskipun bentuknya berbeda dengan pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan. Tapi secara prinsip syariat puasa telah diperintahkan oleh Allah SWT.

Senin, 08 Agustus 2011

SEDEKAH ORANG YANG MENANGIS


Perang Tabuk dikenal sebagai perang paling \'kritis\' karena tantangan besar yang dihadapi sahabat menuju tempat itu, yang terletak nun jauh di dekat perbatasan Syams. Terik panas yang memanggang saat perang memunculkan berbagai sifat manusia Islam yang sesungguhnya, yang berbeda dari sifat orang-orang yang pengecut dan munafiqin. Mereka yang terakhir ini datang kepada Rasulullah meminta izin untuk tidak terlibat dalam berperang dengan berbagai alasan yang mengada-ada.


Namun, para sahabat yang benar (shidiq) imannya, menampakkan sifat keberanian dan pengorbanan. Kalapun ada diantara mereka yang tidak turut berperang, hal itu bukan karena sebab duniawi, namun karena tidak adanya perlengkapan perang. Mereka telah datang menghadap Rasulullah meminta perlengkapan itu dan ditolak karena memang tidak ada simpanan perlengkapan itu padanya. Mereka pun pulang dengan duka yang menggunung dan air mata yang senantiasa menggenang di pelopak mata. Allah melukiskan kondisi orang-orang ini dalam firman-Nya:

Minggu, 07 Agustus 2011

Meneladani Akhlak Rasulullah


Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka. Sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah menjadi bangkai? Maka, tentulah kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." QS Al Hujuraat:12

Menapaki hari demi hari dari bulan Ramadhan yang paling utama di antara segala bulan ini ternyata kita tidak semata-mata sedang menjalani suatu kewajiban dari Allah. Akan tetapi pada hakikatnya kita tengah menapaki nikmat demi nikmat, pahala demi pahala, serta ampunan demi ampunan dari-Nya.

Rasulullah SAW diutus oleh Allah ke dunia ini bertugas untuk menyempurnakan akhlak. Beliau ajarkan akhlak mulia pada keluarga, sahabat, dan umatnya. Terhadap siapa pun beliau menghormati. Beliau tidak berbicara cepat seperti orang angkuh. Namun beliau juga tidak berbicara pelan seperti orang yang malas berkata-kata.

Lisan Rasulullah dilimpahi curahan berkah yang melimpah. Beliau berbicara jelas, tegas, penuh makna dan menghujam ke hati para shahabat yang mendengarnya. Ucapan beliau sarat dengan hikmah, indah dan bernilai. Beliau tidak berbicara kecuali perlu. Beliau selalu membuka dan menutup pembicaraan dengan menyebut nama Allah.

Dengan demikian, maka sangat mustahil bagi Rasulullah SAW untuk berburuk sangka, mencari-cari kesalahan orang lain atau menceritakan keburukan orang lain tanpa sepengetahuan mereka.

Allah berfirman dalam hadits Qudsi, yang artinya : "Aku sebagaimana prasangka hamba-Ku. Kalau ia berprasangka baik, maka ia akan mendapatkan kebaikan. Bila ia berprasangka buruk, maka keburukan akan menimpanya". Allah SWT menuntun manusia hidup dengan adab kesopanan yang luhur. Jika mereka berpegang dengan adab tersebut, insya Allah akan tumbuh rasa cinta dan kebersamaan di antara mereka. Hidup bermasyarakat akan rawan konflik. Disengaja atau tidak selalu saja akan muncul potensi sakit hati. Dan Allah telah mengajari kita agar hidup jauh dari prasangka buruk (su'uzhan), mencari-cari kesalahan orang (tajassus), dan (ghibah) yaitu membicarakan aib saudaranya, yang jika mereka mendengarnya tentu akan sakit hati dan membencinya.

Berburuk sangka atau su'uzhan akan membuat hati kita capek dan busuk. Kita tahu bahwa prasangka-prasangka buruk akan memengaruhi cara berpikir, bersikap, dan mengambil keputusan. Selain merusak hati su'uzhan juga akan melenyapkan kebahagiaan, merusak akhlak dan akan menodai kedudukan kita di sisi Allah. Jika kita sadar bahwa su'uzhan itu buruk akibatnya, maka mengapa kita tidak berbaik sangka (husnuzhan) saja kepada orang lain?

Saat kita mengucapkan salam pada orang lain, kemudian tidak mendapat jawaban sedikit pun, maka cobalah untuk berbaik sangka. Siapa tahu orang yang kita salami tidak mendengar suara kita atau mungkin saja ia tengah konsentrasi berdzikir pada Allah. Biasakanlah kita melatih diri untuk mencari seribu satu alasan positif agar dapat memaklumi orang lain. Respons positif kita bisa dijadikan salah satu cara untuk menghindari kebiasaan ber-su'uzhan.

Orang yang gemar berburuk sangka, maka akan menderita sendiri. Hidupnya akan sempit, sesempit gelas yang terisi air. Kalau dimasukkan ke dalamnya sesendok garam saja, maka akan terasa asin seluruh airnya. Berbeda dengan danau, walaupun dimasukkan sekarung garam, maka airnya tidak akan menjadi asin, sebab airnya melimpah. Demikian juga hati kita, jika hati kita sempit sesempit gelas maka sedikit saja masalah akan membuat hati kita sakit. Dan bila hati sudah sakit maka apa pun yang terjadi, akan terlihat buruk oleh mata kita. Maka jika kita gemar berbaik sangka (husnuzhan), insya Allah hidup akan terasa tenang dan lapang.

Lingkungan juga dapat membentuk akhlak seseorang. Lingkungan orang-orang beriman dan terpuji akhlaknya, insya Allah akan menghindarkan diri kita dari berburuk sangka. Ketika ada orang tak dikenal datang ke rumah kita, jangan langsung su'uzhan. Tapi juga jangan sampai hilang kewaspadaan, waspada tetap dibutuhkan di samping kewajiban kita berbaik sangka. Kita kenali yang mendatangi rumah kita, maka jangan langsung kita su'uzhan terlebih dahulu. Tapi, tidak ada salahnya kalau kita selalu waspada agar dapat mengendalikan keadaan dengan tepat.

Belajar untuk mencari seribu satu alasan sebagai jawaban dari berbagai permasalahan dapat menjadikan kita selalu husnuzhan dengan tepat. Jangan sampai kita berbaik sangka pada para penjahat. Bisa-bisa, sebelum kita menyadarinya ternyata kita telah menjadi korban kejahatannya. Bayangkan saja, bagaimana jadinya kalau kita berbaik sangka pada maling. Ber-husnuzhan juga ada ilmunya, jangan sampai kita tertipu karena telah ber-husnuzhan pada orang yang tidak tepat. Ber-husnuzhan lah pada orang beriman dan akhlaknya mulia. Dan biasakanlah untuk selalu dapat memaklumi sikap orang lain dan tetap harus waspada.

Selain menghindari su'uzhan, Allah mengajarkan hamba-Nya melalui Rasulullah SAW untuk tidak ber-tajassus (mencari-cari aib orang lain) dan ber-ghibah (menceritakan aib orang lain). Dua hal buruk ini sangat akrab sekali dalam kehidupan manusia. Kadang malah bisa menjadi kebiasaan yang sulit untuk ditinggalkan.

Ghibah adalah menyebut-nyebut seseorang tentang hal-hal yang tidak ia sukai dan tanpa sepengetahuannya. Ghibah itu dimisalkan dengan memakan daging bangkai, sebab dengan ber-ghibah berarti kita telah merobek-robek kehormatan pribadi dan orang lain yang serupa dengan merobek-robek dan memakan daging yang sudah menjadi bangkai. Lebih dari itu, ayat dari surat al Hujuraat sebagaimana tersebut di atas, menganggap bahwa daging yang dimakan itu adalah daging saudara sendiri yang telah mati, sebagai gambaran betapa kejinya perbuatan seperti itu yang dianggap menjijikan oleh perasaan orang lain.

Saudaraku, apabila kita terlanjur ber-su'uzhan, tajassus, dan ghibah, maka wajiblah bagi kita untuk bertaubat dengan taubat yang sesungguhnya. Ketika perbuatan dosa itu kita lakukan, maka secara langsung kita harus bertaubat, yaitu dengan cara berhenti dari perbuatan dosa dan menyesal atas keterlanjurannya serta bertekad kuat untuk tidak mengulangi lagi perbuatan yang sudah terlanjur dilakukan itu.

Selain bertaubat, kita harus meminta maaf pada orang yang telah kita sakiti dengan su'uzhan, tajassus, dan ghibah yang telah kita lakukan. Jika kita tidak sempat meminta maaf padanya karena ia telah tiada, maka doakanlah kebaikan bagi diri dan keluarganya. Dengan demikian, mudah-mudahan Allah mengampuni dosa yang telah kita perbuat dan tentu saja kita berharap menjadi golongan orang-orang yang bertakwa. Wallahu a'lam.

Jumat, 05 Agustus 2011

Momentum Peningkatan Tiga Kecerdasan


Oleh : KH Didin Hafidhuddin

Salah satu doa yang selalu dibaca oleh Rasulullah SAW apabila memasuki bulan Rajab adalah: "Ya Allah, berikanlah keberkahan kepada kami di bulan Rajab, keberkahan di bulan Sya'ban, dan sampaikanlah usia kami pada bulan Ramadhan." Melalui doa ini, Rasulullah mengingatkan kita betapa bulan Ramadhan itu, bulan yang harus senantiasa ditunggu-tunggu kehadirannya oleh orang-orang yang beriman.

Bulan Ramadhan itu, di samping bulan ibadah yang memanen pahala, sekaligus bulan latihan untuk membangun jati diri orang yang beriman, untuk ditingkatkan menjadi orang yang bertakwa, yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi, yang sangat dibutuhkan dalam membangun masyarakat yang sejahtera. Sebagaimana firman-Nya dalam QS Al-Baqarah ayat 183: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."

Paling tidak ada tiga kecerdasan yang perlu ditumbuhkan melalui latihan-latihan selama ibadah di bulan suci Ramadhan. Pertama, Kecerdasan emosional. Kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan pengendalian diri dalam merespons berbagai macam keadaan. Pengendalian diri ketika mencintai dan membenci sesuatu supaya tidak berlebih-lebihan. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Rasulullah bersabda: "Cintailah sesuatu itu (orang yang kamu cinta) secara sederhana, karena boleh jadi engkau akan membencinya pada suatu ketika, dan bencilah sesuatu itu (orang yang kamu benci), secara sederhana, karena boleh jadi engkau akan cinta padanya suatu ketika."

Kamis, 04 Agustus 2011

Ikan Paus Biru " SEBERAT 25-30 EKOR GAJAH"

Ilmu Pengetahuan buat Anak ku

(insight) Penghuni terbesar lautan adalah ikan paus. Jenis ikan paus yang dikenal sebagai “ikan paus biru” mempunyai berat lebih dari 150,000 kilogram dan panjangnya lebih dari 30 meter. Untuk bisa lebih membayangkan ukuran ikan paus ini, coba lihat bangunan bertingkat lima, ikan paus biru panjangnya sama dengan tinggi bangunan tersebut. Sementara itu, ingat bahwa berat ikan paus sama dengan berat 25 sampai 30 ekor gajah.
Baiklah, bagaimana seekor ikan raksasa dapat menyelam hingga kedalaman 800 – 1000 meter dan kembali ke permukaan dengan mudah? Sebagai contoh, bayangkan sebuah kapal dengan bobot 150 ton dan panjang 30 meter. Jika kapal itu tenggelam ke dasar laut sedalam 1000 meter, akan membutuhkan operasi besar-besaran selama bertahun-tahun untuk mengangkatnya kembali. Namun dengan ijin Allah, seekor paus dapat muncul ke permukaan dalam waktu 15 – 20 detik saja. Karena tulang ikan paus terbuat dari bahan berongga yang terisi minyak, ia dapat dengan mudah mengapung di permukaan air.
Ikan paus juga sangat terampil menyelam. Allah telah menciptakan tubuhnya sangat tahan terhadap tekanan yang tinggi di kedalaman air laut. Oksigen yang mengalir dalam darah dan otot-ototnya bercampur dengan zat-zat kimia memberinya tenaga saat di dalam air atau saat tidak bernapas. Paus mempunyai sistem peredaran darah yang khas yang dapat mengalirkan darah secara langsung dari organ menuju otak. Melalui cara ini, sampai saat ikan paus muncul di permukaan air untuk bernapas, ia tetap dapat mengirim oksigen di dalam tubuhnya secara langsung ke otak, organ yang paling membutuhkan oksigen.

Sabtu, 30 Juli 2011

Marhaban ya Ramadhan...





kami segenap keluarga besar keluarga wafi, pustaka wafi.. mengucapkan... Marhaban Yaa.. Ramadhan..
Mari kita gapai taqwa di bulan yang penuh berkah ini...
Jadikan Ramadhan kali ini lebih bermakna... lebih baik...
Dan semoga Allah kan  mempertemukan ramadhan tahun berikutnya...
Amin..amin ya robbal 'alamin...
^^

Selasa, 26 Juli 2011

Bedah Buku "Membina Angkatan Mujahid"

JUDUL BUKU  : Membina Angkatan Mujahid
(Studi Analitis atas Konsep Dakwah Hasan Al-Banna dalam Risalah Ta’alim)
 
JUDUL ASLI  : 
Fi Afaqit Ta’alim, Dirasati Fi Da’watil Ustadz Hasan Al Banna
wa Nazhariyatil Harakah Fiha mim Khilali Risalatit Ta’alim
 
PENGARANG  : Sa’id Hawwa
 
PENERBIT  : Era Intermedia, Solo
 
JUMLAH HAL : 264 Hal

RESENSI BUKU

Buku ini berisi bagaimana menghayati Risalah Ta’alim yang merupakan salah
satu peninggalan paling berharga Hasan Al-Banna. Juga merupakan buah pandangan
yang bernas dan jitu terhadap perjalanan sejarah, realitas umat dan pemahamannya yang
akurat tentang nash-nash syariah, dan terkandung pula nilai filosofi yang teramat dalam.
Dari sinilah Sa’id Hawwa merasa perlu untuk menyusun buku ini sebagai sejarahnya.
Pada bab-bab awal, penulis terlebih dahulu membedah jati diri gerakan jamaah
Ikhwanul Muslimin (IM). Bab berikutnya memahami tujuan IM, yakni tujuan akhirnya
adalah Tegaknya Daulah Khilafiah Islamiyah, serta dunia seluruhnya hanya tunduk
kepada ALLAH SWT, kemudian dijelaskan sarana-sarana untuk mencapai tujuan
tersebut.

Bab selanjutnya yang paling penting, yakni Risalah  Ta’alim dan sendi-sendi
pembentukan pribadi Islam, yang terdiri dari dua bagian, bagian pertama rukun bai’at,
kemudian diiringi dengan kewajiban-kewajiban seorang Mujahid.

Risalah ta’lim berisi dua bagian yaitu rukun-rukun bai’at dan kewajiban-kewajiban seorang
mujahid. Hasan Al-Banna sadar bahwa islam memerlukan suatu kelompok tertentu. Untuk
tujuan itulah beliau membuat peringkat-peringkat keterikatannya kepada dakwah.
Keanggotaan Ikhwan memiliki beberapa peringkat yakni muntasib, musa’id, ‘amil, mujahid,
naqib, naib, dan lain-lainnya. Risalah ini ditujukan kepada peringkat mujahid, dengan
maksud agar dapat membangkitkan cita-cita umat islam, dan pada saat yang sama, dapat
mengetahui syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam jihad. Risalah ta’lim pada dasarnya
merupakan sebuah risalah yang pembahasannya menitikberatkan pada aspek takwiniyah
(pembentukan) terhadap individu secara komprehensif agar segala sesuatu menjadi jelas
baginya. 

Pendahuluan


Banyak angkatan muda islam yang tidak mengenal Hasan Al-Banna dengan fikrah
(pemikiran) dan dakwahnya. Padahal mereka seharusnya mengenal dan kita seharusnya
mengenalkannya. Apalagi di tengah kaum muslimin saat ini tidak ada fikrah yang
representatif-jika mereka ingin mengambilnya sebagai titik tolak yang benar-kecuali milik
Hasan Al-Banna. Selain itu banyak orang yang sengaja mengaburkan gambaran tentang
Hasan Al-Banna di mata generasi muda islam. Maksudnya tidak lain agar mereka tidak
bisa menempuh jalan yang benar sebagaimana beliau gariskan. 
 
Di pihak lain, kini muncul di mana-mana aliran pemikiran sakit yang menghendaki
terasingnya fikrah dan dakwah Hasan Al-Banna. Karena itulah mereka-dan yang lainnya-
harus mengerti bahwa gerakan islam yang tidak bertolak dari fikrah Hasan Al-Banna
adalah terbukti cacat. Rasanya mustahil kita membangun aktivitas yang lengkap dan
komprehensif untuk berkhidmat kepada islam tanpanya. Selain itu banyak serangan
membabi buta yang ditujukan kepada sebagian fikrah yang dilontarkan oleh Imam Hasan
Al-Banna. Banyak sudah orang tergelincir karenanya, terutama mereka yang diberi
anugerah oleh Allah berupa keluasan cara pandang, sebagaimana yang telah
dianugerahkan Allah kepada Hasan Al-Banna. Hal itulah yang mengharuskan murid-
muridnya dan orang-orang yang komitmen dengannya untuk menulis dan menjelaskan
fikrah ini dengan mengemukakan argumentasinya. 
 
Titik tolak untuk mewujudkan shaf yang mampu mencapai tujuan adalah dengan
tersedianya individu yang mengetahui tujuan sekaligus cara-cara mencapainya secara
jelas, juga kemampuan menyesuaikan diri dengan shaf.  Risalah ta’lim yang merupakan
peninggalan Hasan Al-Banna berupa ijtihad  beliau memberi semua ini, merinci segala
sesuatu yang diperlukan oleh setiap pribadi muslim dewasa ini, agar tidak mengulangi
kesalahan-kesalahan masa lalu, di samping menjelaskan petunjuk-petunjuk untuk meniti

Jumat, 15 Juli 2011

Indahnya Memaafkan

oleh Abu Naila

Walaupun mudah diucapkan, memaafkan bukanlah perbuatan yang mudah dilakukan. Ketika seseorang telah atau akan dicelakai, maka yang tertanam biasanya perasaan dendam dan ingin membalas. Perasaan seperti itu adalah wajar dalam diri orang biasa. Namun, sikap memaafkan hanya ada pada diri orang yang luar biasa.

Memaafkan butuh kematangan diri dan kecakapan spiritual. Kematangan diri hanya bisa didapatkan melalui keterbukaan hati dan pikiran akan segala pengalaman hidup yang dialami. Sementara kecakapan spiritual hanya bisa diperoleh ketika telah memiliki rasa penghambaan yang tinggi hanya kepada Allah SWT semata.

Bagi yang memaafkan kesalahan orang lain, Allah SWT menyediakan pahala utama sebagai balasan atas kemuliaan sikap mereka. ''Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.'' (QS Asy-Syuura [42]: 43).

Dan bagi yang mempunyai keluhuran akhlak, mereka bukan hanya mampu memaafkan kesalahan orang lain, melainkan sekaligus membalas kesalahan tersebut dengan kebaikan yang tak pernah terbayangkan oleh sang pelaku. Allah SWT berjanji hal tersebut justru dapat mempererat tali silaturahim dan membuat antara yang berselisih saling memikirkan seolah-olah mereka adalah sahabat yang sangat setia.

''Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.'' (QS Fushshilat [41]: 34).

Ada beberapa cara agar kita bisa menjadi pemaaf. Pertama, memperbanyak silaturahim kepada tetangga, sanak kerabat, dan kawan-kawan. Sikap ini akan membuka hati terhadap segala karakter orang, sehingga kita pun tidak mudah marah atau tersinggung atas sikap orang lain.

Kedua, memperbanyak dzikir kepada Allah SWT di waktu pagi dan petang. Berdzikir di waktu pagi akan menjernihkan hati dan pikiran kita sebelum beraktivitas. Berdzikir di waktu petang akan kembali menjernihkan hati dan pikiran setelah kita sibuk seharian beraktivitas.

Ketiga, memperbanyak berdua-duaan (berkhalwat) dengan Allah SWT di waktu orang lain sedang terlelap tidur. Ini akan menumbuhkan kesabaran serta rasa penghambaan dan pengharapan yang tinggi hanya kepada Allah SWT serta menjauhkan dari ketergantungan terhadap manusia. ''Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.'' (QS Fushshilat [41]: 35).

Senin, 11 Juli 2011

Intisari Surat An Naziaat: Malaikat-malaikat Pencabut Nyawa

 

Al-Ikhwan.net


Disebut dengan An Naziaat, karena dimulai dengan ungkapan tersebut, artinya para malaikat yang mencabut nyawa anak-anak Adam. Adapun hubungan surat An Naziaat dengan surat An Naba’ sebelumnya adalah kesamaan tema di mana masing-masing sama-sama menegaskan akan terjadinya hari kebangkitan (Kiamat) sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Ringkasan surat An Naziaat sebagai berikut:
1. (ayat:1-5) Pembukaan, di dalamnya Allah bersumpah dengan: (a) Malaikat yang mencabut ruh orang-orang kafir dengan keras, membuat orang-orang kafir itu tersiksa dan merasa sakit. (b) Malaikat yang mencabut nyawa orang-orang mukmin dengan lembut (c) Malaikat yang turun dari langit dengan cepat mendahului ruh-ruh orang mukmin menuju surga(d) Malaikat yang mengatur segala sesuatu untuk memenuhi kebutuhan penduduk bumi.
2. (ayat: 6-14) Allah menegaskan dengan sumpahnya bahwa Hari Kiamat pasti terjadi, dibuka dengan tiupan sangkakala, dan pada saat itu orang-orang kafir ketakutan, mereka menyesal mengapa selama di dunia tidak mentaati Allah. Mereka merasa rugi, telah membuang-buang waktu dalam pekerjaan tidak ada gunanya.

Minggu, 10 Juli 2011

SAYYID SABIQ (Ulama Bersahaja, Khadim as-Sunnah)


”Sayyid Sabiq RAH tidak pernah bosan untuk mengingatkan kaum Muslimin akan posisi mereka di tengah umat yang lain dan bahwa mereka wajib memegang kendali kehidupan agar bisa menggapai kebahagiaan dan membuat orang lain berbahagia.”

Syaikh Sayyid Sabiq dilahirkan tahun 1915 H di Mesir dan meninggal dunia tahun 2000 M. Ia merupakan salah seorang ulama al-Azhar yang menyelesaikan kuliahnya di fakultas syari’ah. Kesibukannya dengan dunia fiqih melebihi apa yang pernah diperbuat para ulama al-Azhar yang lainnya. Ia mulai menekuni dunia tulis-menulis melalui beberapa majalah yang eksis waktu itu, seperti majalah mingguan ‘al-Ikhwan al-Muslimun’. Di majalah ini, ia menulis artikel ringkas mengenai ‘Fiqih Thaharah.’ Dalam penyajiannya beliau berpedoman pada buku-buku fiqih hadits yang menitikberatkan pada masalah hukum seperti kitab Subulussalam karya ash-Shan’ani, Syarah Bulughul Maram karya Ibn Hajar, Nailul Awthar karya asy-Syaukani dan lainnya.

Kamis, 07 Juli 2011

Kisah Islam Mantan Bintang Pop Terkenal ‘Yusuf Islam’

Kisah seorang artis yang bernama Cat Stevens yang (alhamdulillah) menjadi seorang muslim, kemudian ia dipanggil dengan nama Yusuf Islam. Inilah kisahnya seperti yang ia ceritakan, kami menukilnya secara ringkas.

"Aku terlahir dari sebuah rumah tangga Nasrani yang berpandangan materialis. Aku tumbuh besar seperti mereka. Setelah dewasa, muncul kekagumanku melihat para artis yang aku saksikan lewat berbagai media massa sampai aku mengganggap mereka sebagai dewa tertinggi. Lantas akupun bertekad mengikuti pengalaman mereka. Dan benar, ternyata aku menjadi salah seorang bintang pop terkenal yang terpampang di berbagai media massa. Pada saat itu aku merasa bahwa diriku lebih besar dari alam ini dan seolah-olah usiaku lebih panjang daripada kehidupan dunia dan seolah-olah akulah orang pertama yang dapat merasakan kehidupan seperti itu.

Rabu, 06 Juli 2011

Wanita yang Selalu Berbicara Dengan Al Quran

Berkata Abdullah bin Mubarak Rahimahullahu Ta'ala :

Saya berangkat menunaikan Haji ke Baitullah Al-Haram, lalu berziarah ke makam Rasulullah saw. Ketika saya berada disuatu sudut jalan, tiba-tiba saya melihat sesosok tubuh berpakaian yang dibuat dari bulu. Ia adalah seorang ibu yang sudah tua. Saya berhenti sejenak seraya mengucapkan salam untuknya. Terjadilah dialog dengannya beberapa saat.

Dalam dialog tersebut wanita tua itu , setiap kali menjawab pertanyaan Abdulah bin Mubarak, dijawab dengan menggunakan ayat-ayat Al-Qur'an. Walaupun jawabannya tidak tepat sekali, akan tetapi cukup memuaskan, karena tidak terlepas dari konteks pertanyaan yang diajukan kepadanya.

Abdullah : "Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh." Wanita tua : "Salaamun qoulan min robbi rohiim." (QS. Yaasin : 58) ("Salam sebagai ucapan dari Tuhan maha kasih")

Abdullah : "Semoga Allah merahmati anda, mengapa anda berada di tempat ini?"

Selasa, 05 Juli 2011

Karasteristik Keluarga Rabbani

Oleh : Ust H. Abdul Muhaimin

Perkataan ribbiyy dan rabbaniyy merujuk pada segolongan manusia yang mempunyai ilmu yang luas lagi mendalam berkenaan dengan agama. Dengan bekal ilmunya, ia tak pernah berhenti beramal demi mencari keridhaan Allah SWT. Selain itu, iapun mampu menjalankan amar ma'ruf nahi munkar, dengan penuh kesabaran serta istiqamah. Dalam Al Qur'an Allah SWT menyebut tentang golongan ini dalam beberapa tempat, semisal : Surat Ali `Imran ayat 146; Surat Al Maa-idah, ayat 44; Surat Al Maa-idah, ayat 43; Surat Ali 'Imran ayat 7; dan Surat Ali `Imran, ayat 79. Sibawaih, seorang ahli bahasa berpendapat : jika huruf alif dan nun ditambahkan pada perkataan ribbiyy, lalu menjadi rabbaniyy, menunjukkan mereka adalah golongan yang sangat mendalam ilmunya mengenai ketuhanan (Lisan al Arab).

Pada hari kematian Abdullah ibn Abbas r.a, telah berkata Muhamad ibn Ali ibn Hanafiyah “.. hari ini telah gugur seorang rabbaniyy dari umat ini.” Ibn Abbas r.a memang terkenal di kalangan sahabat berkat kedalaman dan keluasan ilmunya. Maka adalah wajar jika ia digelari insan rabbaniyy. Telah dikatakan pula oleh Ali bin Abu Thalib r.a : “Manusia itu terdiri dari tiga golongan : alim yang rabbaniyy, penuntut ilmu demi jalan kejayaan, serta orang hina pengikut segala keburukan.

Kesaksian Para Ulama dan Tokoh Islam thd Syaikh Yusuf Qardhawi


Syaikh al Qaradhawy amat dicintai dan dihormati kalangan ulama. Mereka adalah para Ulama, dai dan pemikir Islam ternama. Bahkan diantara mereka terdapat masyayikh para penghujat. Memang, hanya orang besar yang dapat menghargai orang besar di di mana pun uang receh selalu berisik dan ramai, sementara uang kertas selalu tenang. Mereka berkata tentang Syaikh al Qaradhawy sebagai berikut: Hasan al Banna berkata: "Sesungguhnya ia adalah seorang penyair yang jempolan dan berbakat" Imam Kabir Samahatus Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Bazz mantan mufti kerajaan Saudi dan ketua Hai'ah Kibarul Ulama berkata: "Buku-bukunya memiliki bobot ilmiah dan sangat berpengaruh di dunia Islam." Imam al Muhaddits Muhammad Nashiruddin al Albany-ahli hadis terkemuka abad 20 berkata, "Saya diminta (al Qaradhawy) untuk meneliti riwayat hadis serta menjelaskan kesahihan dan ke dha'ifan hadis yang terdapat dalam bukunya (Halal wal Haram). Hal itu menunjukkan ia memiliki akhlak yang mulia dan pribadi yang baik. Saya mengetahui semua secara langsung. Setiap dia bertemu saya dalam satu kesempatan, ia akan selalu menanyakan kepada saya tentang hadis atau masalah fiqh. Dia melakukan itu agar ia mengetahui pendapat saya mengenai masalah itu dan ia dapat mengambil manfaat dari pendapat saya tersebut. Itu semua menunjukkan kerendahan hatinya yang sangat tinggi serta kesopanan dan adab yang tiada tara. Semoga Allah SWT mendatangkan manfaat dengan keberadaannya." Mengapapa pengikut ke-2 syaikh itu tidak mengambil manfaat dari kesaksian mereka?

Senin, 27 Juni 2011

Seri Taujihat Tarbawiyah

Tumbuhkan Kembali Semangat Membina

مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُؤْتِيَهُ اللَّهُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا عِبَاداً لِي مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَكِنْ كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُونَ (آل عمران:79)
“… jadilah kalian orang-orang rabbani disebabkan kalian senantiasa mengajarkan Al Qur-an dan mempelajarinya” (QS.3:79).

Ikhwan dan akhwat fillah, dakwah merupakan kemestian dan kebutuhan yang akan terus berjalan dengan atau tanpa kita. Hanya alangkah ruginya hidup tanpa dakwah dan betapa egoisnya membiarkan dakwah berjalan tanpa kita. Mentarbiyah atau membina merupakan bagian penting dari kerja dakwah. Meninggalkan pembinaan berarti memperlambat lajunya dakwah. Tetapi membina berarti mempercepat tercapainya target-target dakwah dan melanggengkan proses-proses berikutnya.

Mencermati keadaan adanya sejumlah aktivis dakwah yang dahulu begitu rajin dan bersemangat namun kini nampak melunak dan membatasi dirinya untuk hanya menangani satu kelompok saja atau bahkan tidak membina sama sekali maka perlu adanya penyikapan yang jelas tentang hal tersebut.berikut ini ada sejumlah faktor yang mungkin bisa menjadi bahan renungan guna mencegah semakin menggejalanya realitas mengendurnya semangat membina di kalangan aktivis.

Pertama, bahwa dahulu ketika kita digiatkan dengan kerja keras meningkatkan kuantitas kader adalah dimotivasi pemahaman kita tentang nash-nash Qur-an dan hadits. Bahwa rabbaniyyun (ketaqwaan yang prima dapat dicapai lewat mengajarkan dan terus belajar (QS. 3:79). Bahwa keberhasilan kita mengajar seseorang kepada kebaikan lebih berharga ketimbang domba gemuk yang segar atau dunia dan seisinya (Al Hadist). Bahwa merupakan jalan hidup Rasulullah yang mesti kita teladani (QS. 12:108, 33:21)

Kedua, bahwa nash memperingatkan kepada kita bahwa anak dan harta merupakan ujian bagi kita. Anak adalah buah hati yang membuat kita ingin selalu menjaga dekat dengannya dan menghawatirkan kesehatan dan keselamatannya. Dulu ketika belum punya anak atau jumlah mereka belum banyak (kurang dari 3) kita masih disibukkan dengan banyaknya halaqah. Namun tatkala jumlah anak semakin bertambah agaknya waktu kita semakin padat sehingga tugas-tugas membina mulai terkurangi dengan alasan mendidik anak. Hartapun demikian, kita butuh harta untuk memenuhi kebutuhan yang semakin meluas (makan, pakain, tempat tinggal, pendidikan, hiburan dlsb.) sehingga mulailah kita mengurangi aktivitas dakwah, termasuk membina di antaranya dan memperbanyak aktivitas mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarga. Pembinaanpun akhirnya semakin  terpinggirkan. Kita sediakan waktu sisa kita yang dipenuhi dengan keletihan untuk membina dan itupun dengan persiapan yang ala kadarnya. Sehingga dapat dibayangkan betapa kurang efektifnya pembinaan yang akan berjalan. Bahkan terkadang kita menggeser atau lebih mengenaskan lagi, membatalkan pertemuan dengan binaan karena kesibukan kerja dan pada akhirnya sisa satu halaqahpun kita transfer kepada rekan kita yang kita anggap lebih memiliki waktu luang ketimbang kita.

Ketiga, benarkah memang pembinaan yang harus dikorbankan karena keterpaksaan yang tak bisa dihindari (darurat) ataukah sebenarnya kita yang sudah mulai jenuh membina dan ingin cuti lama atau bahkan pensiun di usia dini. Alangkah sayangnya potensi yang penah berhasil menangani belasan halaqah harus diistirahatkan untuk waktu yang entah sampai kapan.

Ikhwan dan akhwat fillah, ketimbang orang lain mungkin memang kita lebih mengenali kenyataan diri dan apa yang terbaik bagi kita dan keluarga. Maka maafkanlah kami bila terlalu lancang meminta kesadaran untuk bernostalgia kembali, mengenang kenikmatan menangani banyak halaqah di masa lalu dan lantas mengajak untuk berkorban menyediakan waktu lebih lama dan menyalakan semangat lebih terang guna menyemarakkan kembali pembinaan.

Ikhwan dan akhwat fillah, marilah kita menyambutnya dengan meramaikan kembali rumah kita dengan kehadiran kader-kader dakwah. Membuat anak-anak kita senang dan bangga dengan kekayaan murid ayah dan ibunya (meskipun kita belum dapat menyenangkan mereka dengan kekayaan harta dan kesenangan dunia lainnya). Jadikanlah suasana rumah lebih merdu dengan dentingan gelas minuman yang kita sajikan untuk mereka dan keberkahan yang melekat di seluruh penjuru ruangan dengan lantunan tilawah Qur-an puluhan suara-suara bening binaan-binaan kita.

 “Barangsiapa mewariskan kebiasaan-kebiasaan baik maka dia akan mendapatkan terus pahala dari kebaikan-kebaikan yang dilakukan oleh yang mengikutinya” (Al Hadits)

Minggu, 19 Juni 2011

BERSIKAP LEMBUT DAN RENDAH HATI


فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظّاً غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ ... (آل عمران:159)
“Maka disebabkan rahmat Allah atasmu, kamu berlaku lemah lembut kepada mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkan mereka dan mohonkanlah ampun bagi mereka…”(QS.:3:159)
            Ikhwan dan akhwat fillah, sejarah telah memaparkan pancaran pesona akhlaq Rasulullah dalam perjuangan dakwah beliau sebagai suri teladan bagi kita (QS.:33:21). Kemudian Allah SWT menguatkan dengan firman-Nya “wa innaka la’alaa khuluqin ‘azhiim”(QS.:68:4). Tentunya ini merupakan pelajaran yang sangat berharga bagi kita. Rumusan nyata dan gamblang tentang model manusia terbaik. Maka siapa yang ingin berhasil dalam mengemban tugas dakwah sebagaimana Rasul, hendaklah mengikuti jejak langkah Rasulullah dan menerapkan akhlaq Rasulullah dalam segenap aktivitas kehidupannya.
            Dulu sering kita jumpai keluhan-keluhan dan kekecewaan terhadap penanganan dakwah di kalangan para mutarobbi. Fenomena berjatuhannya para aktivis dakwah, ditambah lagi dengan ketidaksukaan mereka terhadap pola dakwah ternyata - menurut mereka - disebabkan karena seringnya mereka menerima perlakuan yang tidak bijaksana.
            Jawaban sederhana dari permasalahan di atas boleh jadi karena ketidak utuhan kita dalam meneladani Rasul atau bahkan mungkin karena kita belum mampu menanamkan akhlaq Rasul pada diri mereka. Akibatnya kita sering tidak sabar dan tidak bijaksana menyikapi mereka, sementara merekapun terlalu mudah tersinggung dan cengeng menyikapi teguran  dan nasihat yang mereka anggap sebagai pengekang kebebasan.  Komunikasi yang tidak sehat ini sebenarnya bisa diatasi dengan menyadari sepenuh hati akan begitu pentingnya penanaman dan penerapan akhlaq Rasulullah dalam berbagai pendekatan dakwah. Ditinjau dari segi juru dakwah, keinginan meluruskan, teguran, penugasan, sindiran dan sebagainya sebenarnya dapat dikemas dengan akhlaq. Begitupun dari segi mad’u, ketidakpuasan, ketersinggungan, perasaan terkekang dan kejenuhan juga dapat diredam dengan akhlaq. Akhlaq menuntun kepada kemampuan untuk saling menjaga perasaan, saling memaklumi kesalahan dan mengantarkan kepada penyelesaian terbaik.
            Banyak murabbi yang dikecewakan dan ditinggalkan binaaanya, tapi dia mampu mengemas luka itu dengan empati dan terus mendoakan kebaikan bagi binaannya. Bahkan diiringi harapan suatu saat Allah mengembalikan binaannya dalam aktvitas dakwah, walaupun mungkin bukan dalam penanganannya. “Mungkin dengan saya tidak cocok, tapi semoga dengan murabbi lain cocok”. Ada mutarabbi yang diperlakukan tidak bijaksana oleh murabbinya namun akhlaq menuntunnya untuk mengerti dan menyadari bahwa murabbinya bukan nabi, sehingga dia tidak dendam dan menjelek-jelekkan murabbinya, melainkan tetap merasa bahwa murabbi dengan segala kekurangannya telah berjasa banyak padanya. Dia tidak membenci dakwah meskipun dia dikecewakan oleh seorang aktivis dakwah.
            Di antara nilai-nilai akhlaq yang semuanya mesti kita tanamkan dalam diri, ada dua nilai yang cukup relevan dengan kelancaran dakwah, yaitu kelembutan dan rendah hati. Kelembutan adalah perpaduan hati, ucapan dan perbuatan dalam upaya menyayangi, menjaga perasaan, melunakkan dan memperbaiki orang lain. Kelembutan adalah kebersihan hati dan  keindahan penyajian yang diwujudkan dalam komunikasi lisan maupun badan. Bukanlah kelembutan bila ucapannya lembut tapi isinya penuh dengan kata-kata kasar menyakitkan (nyelekit). Bukan pula kelembutan bila menyampaikan kebenaran tapi dengan caci maki dan bentakan. Berwajah manis penuh senyum, memilih pemakaian kata yang benar dan pas (qaulan syadidan), memaafkan, memaklumi, penuh perhatian, penuh kasih sayang adalah tampilan kelembutan. Wajah sinis, penuh sindiran yang terkadang tanpa tabayyun, buruk sangka, ghibah, pendendam, emosional merupakan kebalikan dari sifat kelembutan.
            Rendah hati merupakan perpaduan hati, ucapan dan perbuatan dalam upaya mendekatkan/mengakrabkan, melunakkan keangkuhan, menumbuhkan kepercayaan, membawa keharmonisan dan mengikis kekakuan. Angkuh, sok pintar dan hebat, merasa paling berjasa, merasa levelnya lebih tinggi, minta dihormati, enggan menegur/menyapa lebih dulu, tidak mau diperintah, sulit ditemui/dimintai tolong dengan alasan birokratis, menganggap remeh, cuek dan antipati merupakan lawan dari rendah hati. Allah berfirman dalam surah Asy Syu’araa ayat 215 “Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang beriman yang mengikuti kamu.” Bila Rasulullah saja dengan berbagai pesona dan kelebihannya diperintah untuk tawadhu (dan Rasul telah menjalankan perintah itu), tentulah kita yang apa adanya ini harus lebih rendah hati. Rendah hati terhadap murabbi,   rendah hati terhadap mutarabbi dan rendah hati terhadap seluruh orang-orang beriman menunjukkan penghormatan kita pada Rasul dan pada kebenaran Al Qur’an. Sebaliknya, keangkuhan dan perasaan lebih dari orang lain menandakan masih jauhnya kita dari Qur’an dan. Hadist
            Marilah kita lebih mengaplikasikan apa-apa yang sudah kita ketahui. Betapa pemahaman kita tentang pentingnya akhlak dalam mengantarkan pada kesuksesan dakwah mungkin sudah cukup mumpuni. Namun tinggal bagaimana kita terus meningkatkan penerapan nilai-nilai akhlaq itu dalam kehidupan kita sehari-hari, khususnya dalam mengemban tugas dakwah. Telah dan akan terus terbukti bahwa sambutan masyarakat terhadap dakwah adalah di antaranya karena pesona akhlaq kita, kelembutan  kita memaklumi, mengingatkan dan meluruskan mereka dan kerendahhatian kita untuk terus bersabar mendekati dan menemani hari-hari mereka dengan dakwah kita. Dalam konteks khusus pun demikian, betapa kelembutan dan kerendahhatian ternyata lebih melanggengkan/mengawetkan binaan-binaan kita untuk terus berdakwah bersama kita.
Ikhwan dan akhwat fillah, hendaknya dari hari ke hari kita terus mengevaluasi diri, membenahi akhlaq kita dan memantaskan diri (sepantas-pantasnya) sebagai seorang juru dakwah. Memang kita manusia biasa yang penuh salah dan kekurangan, namun janganlah itu menjadi penghalang kita untuk memujahadah diri menuju kepada kedewasaan sejati. Masa lalu yang kasar dan angkuh hendaklah segera pupus dari diri kita. Kita mulai membiasakan diri untuk lembut di tengah keluarga, di antara aktivis dakwah hingga ke masyarakat luas.  Kita mesti melatih kerendahhatian di tengah murid-murid kita, dengan sesama aktivis, pada murabbi kita hingga ke seluruh masyarakat. Dan pada akhirnya nanti insya Allah kita dapatkan keberhasilan dakwah Rasulullah terulang kembali, lewat hati, ucapan dan perbuatan kita yang telah diwarnai nilai-nilai akhlaq.
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ (النحل:125)
“Serulah mereka  ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah dengan cara yang baik pula. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalanNya dan Dialah yang mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS 16:125)

Seri : Kumpulan Taujih Tarbawiyah 

Sabtu, 18 Juni 2011

 Tetap Waspada di Era Terbuka

Dakwah bukanlah pemuas nafsu. Jadi, adalah salah bila seseorang melaksanakan dakwah dengan tujuan untuk melampiaskan unek-unek, mengumbar kejengkelan, memuntahkan segala rasa keterpurukan, atau mengejar ambisi-ambisi pribadi. Dakwah adalah aktivitas untuk menegakkan kalimatullah. Dan tegaknya kalimatullah ditandai dengan empat hal, seperti yang digambarkan dalam  Quran:
“Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sesungguhnya akan menjadikan mereka berkuasa (khalifah) di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum kamu berkuasa. Dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diredhai-Nya untuk mereka dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap mengabdi kepada-Ku  dengan tidak mempersekutukan sesuatu apa pun dengan-Ku.” (An-Nur 55)
Memperhatikan ayat di atas bisa dipahami bahwa di antara indikasi tegaknya kalimatullah adalah:
  1.  Kaum Muslimin memegang kendali kepemimpinan manusia.
  2.  Kokohnya agama Islam dengan bukti Islam dijadikan rujukan dalam kehidupan.
  3.  Tumbuhnya rasa aman, tenteram, dan kedamaian dalam kehidupan manusia. Dan hanya di saat kondisi umat Islam seperti itulah, maka
  4.  Pengabdian utuh -tanpa kemusyrikan, apa pun bentuknya- dipersembahkan kepada Allah swt.

Oleh karena itu, sekali lagi, sukses dakwah janganlah diukur oleh semata-mata keberanian seorang da'i memekikkan segala protes dan perlawanan terhadap kondisi dan situasi yang berlangsung. Sukses dakwah Islam dapat diukur oleh –antara lain- ayat yang disebutkan di atas.
Atas dasar itu semua, maka setiap da'i berkewajiban menjaga keberlangsungan dakwah. Dan keberlangsungan dakwah didukung oleh antara lain kewaspadaan. Allah swt. berfirman:  “Wahai orang-orang yang beriman, waspadalah kalian, maka majulah kalian (ke medan jihad) secara berkelompok-kelompok atau majulah bersama-sama.” (An-Nisa 71)
Ayat  ini menegaskan beberapa hal: pertama, agar umat Islam bisa melanjutkan proyek dakwah dan jihad maka harus selalu bersikap waspada. Kedua, kewaspadaan itu penting karena  kita menginginkan dakwah dan jihad terus berlangsung hingga kemenangan Islam dianugerahkan Allah, bahkan hingga  hari kiamat. Oleh karenanya, jangan sampai kita berjuang tanpa kewaspadaan dan perhitungan cermat dengan dalih tidak ada yang perlu ditakuti selain Allah. Dan jangan pula kita hanya terus menerus waspada dan menngkatkan kehati-hatian tapi tidak melakukan apa pun dan hanya diam saja. Persis seperti orang yang berada di pinggir jalan. Dia menengok tak henti-henti ke kanan-kiri jalan. Tapi tidak juga menyebrang jalan. Segala kewaspadaan itu pentiNg untk menjaga amniyah (keamanan) dakwah

Hal-hal yang perlu dijaga amniyyah (keamanan)-nya adalah:
1.       Qiyadah (pimpinan) dakwah.
Qiyadah adalah faktor sangat penting dalam perjuangan. Al-Quran melukiskan betapa kaum Bani Israil tidak mampu melakukan perlawanan terhadap penjajah karena tidak memiliki qiyadah. Karenanya kemudian mereka memohon kepada Allah swt. agar Dia berkenan mengutus seorang pemimpin.
Para sahabat melakukan pengamanan terhadap diri Rasulullah saw. dalam rangka menjaga kesinambungan dakwah. Abu Bakar Ash-Shiddiq, misalnya, secara langsung menjadikan dirinya sebagai tameng bagi Rasulullah saw. saat mereka berdua berhijrah ke Yatsrib (Madinah sekarang). Bahkan Abu Bakar Ash-Shiddiq rela menderita demi keselamatan Rasulullah saw. Padahal baik Rasulullah saw. maupun  Abu Bakar yakin seyakin-yakinnya bahwa Allah swt. akan membela nabi-Nya.
Sa’ad Bin Abi Waqqash pun pernah melakukan hal serupa. Pada suatu malam dalam sebuah pertempuran, Rasulullah saw.  bermalam di dalam sebuah tenda. Sa’ad Bin Abi Waqqash merasa tidak nyaman tidur karena takut ada hal-hal buruk terjadi pada Rasulullah saw. Maka ia pun datang seraya menghampiri tenda Rasulullah saw. Mengetauhi ada orang yang datang, Rasulullah saw. bertanya, “Siapa di luar?” Sa’ad menjawab dengan menyebutkan namanya. Rasulullah saw. bertanya lagi, “Untuk apa kamu datang ke sini?” Sa’ad menjawab, “Aku datang ke sini karena ada rasa cemas sesuatu menimpa dirimu.” Maka Rasulullah saw. mendokan Sa’ad dengan mengatakan, “Ya Allah kabulkan doa Sa’ad bila ia memohon kepada-Mu.” Itu semua menunjukkan betapa pentingnya menjaga amniyyah para qiyadah.

2.      Strategi Dakwah.
Strategi dakwah adalah termasuk hal penting untuk dijaga dan tidak diobral kepada setiap orang. Rasulullah saw. melakukan ini saat mau berhijrah ke Madinah. Bahkan keluarga Abu Bakar Ash-Shiddiq pun tidak semuanya mengetahui tencana kepergian beliau ke Madinah. Sementara itu Ali Bin Abi Thalib yang ditugaskan Rasulullah saw. untuk tidur menempati tempat tidur Rasulullah saw. lebih memilih mendapatkan pukulan-pukulan dari orang-orang Quraisy dari pada membongkar rahasia perjalanan Rasulullah saw. Dan dalam setiap pertempuran Rasulullah selalu merahasiakan rencana-rencana yang dibuat. Sehingga ketika ada seorang sahabat, namanya Hatib Bin Abi Balta’ah, yang karena rasa kasihan terhadap saudara-saudaranya yang ada di Makkah membocorkan rencana penyerangan terhadap kota Makkah, Rasulullah saw. menghukmnya.

3.      Basis Dakwah
Dakwah memerlukan basis sosial yang menjadi pendukung dakwah. Tentu saja setiap pendukung dakwah harus siap berkorban untuk Islam dengan segala yang dimilikinya. Namun demikian  dakwah harus pula memikirkan dan merencanakan agar para pendukung dakwah tidak menjadi korban kecerobohan atau kekurangcematan. Pentingnya menjaga amniyah para pendukung dakwah digambarkan oleh Allah swt. dengan firman-Nya melalui lisan Nabi Isa, “Siapakah penolong-penolongku ke jalan Allah?” (Ash-Shaff 14)

4.      Aset-aset Material Dakwah
Meskipun aspek material dan fisik bukanlah hal utama dalam dakwah namun ia memiliki daya dukung yang cukup berarti bagi kelancaran dakwah. Oleh karena itu para kader dakwah harus memikirkan untuk mengamankan aset-aset dakwah tersebut. Allah swt. berfirman:
“Dan persiapkanlah oleh kalian untuk menghadapi musuh-musuh itu kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat, yang dengannya kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu, dan orang-orang lain selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya.” (Al-Anfal 60)
Bagaimana mengamankan itu semua? Ada pelajaran penting dari apa yang dilakukan oleh Rasulullah saw. di Makkah setelah memasuki era dakwah secara terbuka (jahriyyah):

Pertama, Rasulullah saw. menghindarkan kaum Muslimin agar tidak masuk dalam pertarungan yang tidak berimbang. Rasulullah saw. tentu saja orang yang paling yakin dengan segala janji Allah swt. Namun demikian ia tetap bergerak dalam bingkai sunnatullah. Beliau melakukan segala sesuatu yang memang diperlukan bagi terciptanya perubahan. “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan satu satu kaum hingga mereka sendiri mengubah apa-apa yang ada pada diri mereka.” (Ar-Ra'd 11).
Untuk itu Rasulullah saw. melakukan dua hal:
1)      Menjauhkan para pengikutnya dari suasana pertarungan dan terus membina mereka dengan segala bekal yang diperlukan jika pertarungan itu tiba saatnya. Dalam rangka itu maka Rasulullah saw. memilih rumah Al-Arqam sebagai basis pembinaan. Dan pembinaan itu berjalan terus hingga Umar Bin Khattab masuk Islam, tahun VI dari kenabian.
2)      Rasulullah saw. membina para pengikutnya untuk berdisiplin dan mampu menengendalikan diri. Di samping usaha beliau untuk menjauhkan para pengikutunya dari suasana pertarungan, Rasulullah saw. juga mengarahkan para sahabatnya untuk memiliki mental disiplin, penyabar, dan mampu mengendalikan hawa nafsu. Dan itu didukung oleh arahan-arahan rabaniyyah yang turun saat itu, misalnya, “Dan ikutilah apa-apa yang iwahyukan kepadamu dan bersabarlah hingga Allah memberikan keputusan. Dan Dialah sebaik-baik pemberi putusan.” (Yunus 109) dan firman-Nya pula, “Bersabaralah atas apa yang mereka katakan.” (Al-Muzzammil 10)

Karenanya ketika Khabbab Bin Al-Arat mengadu kepada Rasulullah saw. tentang imtimidasi yang dideritanya, Rasulullah saw. memesankan, “Sungguh telah terjadi pada umat-umat terdahulu sebelum kamu, mereka disisir tubuhnya dengan sisir besi sehingga memisahkan tulang dari dagingnya; dan yang lainnya digergaji hingga membelah tubuhnya, namun hal itu tidak membuat mereka berpaling dari agama mereka… akan tetapi kalian memang terburu-buru.”
Kedua, Rasulullah saw. mengarahkan para sahabat agar menghindari kekerasan. Dalam rangka itu Rasulullah saw. melakuan tiga hal:
1) memperkuat soliditas internal. Ini dilakukan dengan cara memperkokoh ukhuwwah islamiyyah. Imam Al-Baihaqi meriwayatkan, “Adalah Rasulullah saw. menyatukan satu atau dua orang yang baru masuk Islam dengan seseorang yang mempunyai keleluasaan harta, agar mereka bisa ikut makan dari makanan yang dia miliki.” Dan hal itu bukan saja bermakna takaful maddi (solidaritas material) namun lebih jauh dari itu membuang segala kesenjangan dan batas penghalang di antara sesama Muslim.
2) Memberikan pemahaman, pencerdasan, dan menanamkan optimisme di kalangan kaum Muslimin. Tidak hal yang lebih berhaya dalam perjuangan selain dari frustasi dan pesimisme. Di antara arahan Rasulullah saw. saat itu adalah, “Demi Allah. niscaya Dia akan menyempurnakan  urusan ini hingga seorang pengendara berjalan dai Shan’a ke Hadramaut tanpa takut apa pun selain Allah dan takut srigala memangsa kambingnya. Akan tetapi kalian terburu-buru.” Dan saat itu pula Rasulullah saw. menyampaikan dan mengajarkan segala ajaran Allah yang diterimanya.
3) Sikap bijak dan empati dalam menghadapi orang-orang yang mendapat tekanan atau intimidasi. Ini seperti yang beliau lakukan terhadap Ammar Bin Yasir. Dia merasa sangat sedih dan berdosa karena  dia menyebut berhala saat disiksa oleh orang-orang Quraisy. Namun  Rasulullah saw. menghibur dan memperteguhnya dengan mengatakan, “Jika mereka kembali (melakukan penyiksaan) maka ulangilah lagi.”
Namun tentu saja, sekali lagi, kewaspadaan itu penting karena kita ingin terus bergerak. Oleh karena itu jangan sampai kewaspadaan berarti kemandekan sebagaimana jangan pula keberanian bermakna kesembronoan. Allahu a’lam.

 
 seri :kumpulan taujih tarbawiyah