salam

Rabu, 11 Mei 2011

Kemesraan Ukhuwah

Kemesraan ukhuwah dibangun atas tiga hal: saling kenal (ta’aruf), saling memahami (tafahum), dan saling berbagi beban (takaful). Ketiganya merupakan pilar ukhuwah yang tak boleh luput dari roda perjalanan da’wah.

Ta’aruf bermula dari pengenalan secara fisik, karakter, kadar keseriusan taqarrub kepada Allah, atau hal-hal lahiriyah lainnya. Rasulullah saw bersabda, “Seorang mukmin itu makhluk yang cepat akrab, maka tidak ada kebaikan pada orang yang tidak cepat akrab dan tak bisa diakrabi.” (HR. Ahmad dan Thabrani).


Ta’aruf yang baik akan meminimalisir kekeringan dan keretakan hubungan sesama muslim. Ia juga dapat membuat hati jadi lembut serta mampu melenyapkan bibit perpecahan. Bila wilayah ta’aruf sudah terbentang, akan tumbuh sikap tafahum. Sikap tafahum akan menjaga kesegaran jama’ah da’wah. Sebab, da’wah diemban oleh orang-orang yang punya  keterpautan hati, saling toleransi, dan saling kompromi untuk hal-hal yang mubah.

Urgensi tafahum akan kian terasa ketika pendukung jamaah da’wah terdiri dari berbagai macam orang, baik suku, budaya maupun bahasanya. Semua karakter kesukuan harus lebur dalam tradisi tafahum dalam ukhuwah. Meski, kedekatan kultur juga bermanfaat bagi kesuksesan da’wah. Imam Malik berkata, “Lihatlah orang dengan kebenaran, dan jangan sebaliknya, engkau lihat kebenaran dengan orang."

Puncak tafahum ada pada tahap “bicara“ pada satu bahasa (at-tahadduts bi lughatin wahidah). Di mana karakter khas mewarnai seluruh aktivis jama’ah da’wah, mereka berpikir dengan pola yang satu, dan berbicara dengan bahasa yang satu.

Siapa yang tak siap dengan konsep tafahum ini akan gagal memasuki tahapan ukhuwah berikutnya, yaitu takaful. Inilah intisari ukhuwwah, yang darinya lahir itsar (mendahulukan sesama saudara), puncak dari segala amal ukhuwah. Takaful tidak mesti bahu membahu dalam memberikan jaminan materi. Ia bisa dalam bentuk bahu membahu menunaikan kerja, saling membela yang dizalimi, bahkan saling mengirim do’a.

Ukhuwah Islamiyah yang benar akan panjang usia, bahkan hingga hari akhirat kelak. “Di sekitar Arsy ada menara-menara dari cahaya. Di dalamnya ada orang-orang yang pakaiannya dari cahaya dan wajah-wajah mereka bercahaya. Mereka bukan para nabi atau syuhada. Para nabi dan syuhada iri kepada mereka." Ketika ditanya para sahabat, Rasulullah menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang saling mencinta karena Allah, saling bersahabat karena Allah, dan saling kunjung karena Allah.” (Hadits Shahih diriwayatkan oleh Tirmidzi. Wallahu’alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar