salam

Sabtu, 30 Juli 2011

Marhaban ya Ramadhan...





kami segenap keluarga besar keluarga wafi, pustaka wafi.. mengucapkan... Marhaban Yaa.. Ramadhan..
Mari kita gapai taqwa di bulan yang penuh berkah ini...
Jadikan Ramadhan kali ini lebih bermakna... lebih baik...
Dan semoga Allah kan  mempertemukan ramadhan tahun berikutnya...
Amin..amin ya robbal 'alamin...
^^

Selasa, 26 Juli 2011

Bedah Buku "Membina Angkatan Mujahid"

JUDUL BUKU  : Membina Angkatan Mujahid
(Studi Analitis atas Konsep Dakwah Hasan Al-Banna dalam Risalah Ta’alim)
 
JUDUL ASLI  : 
Fi Afaqit Ta’alim, Dirasati Fi Da’watil Ustadz Hasan Al Banna
wa Nazhariyatil Harakah Fiha mim Khilali Risalatit Ta’alim
 
PENGARANG  : Sa’id Hawwa
 
PENERBIT  : Era Intermedia, Solo
 
JUMLAH HAL : 264 Hal

RESENSI BUKU

Buku ini berisi bagaimana menghayati Risalah Ta’alim yang merupakan salah
satu peninggalan paling berharga Hasan Al-Banna. Juga merupakan buah pandangan
yang bernas dan jitu terhadap perjalanan sejarah, realitas umat dan pemahamannya yang
akurat tentang nash-nash syariah, dan terkandung pula nilai filosofi yang teramat dalam.
Dari sinilah Sa’id Hawwa merasa perlu untuk menyusun buku ini sebagai sejarahnya.
Pada bab-bab awal, penulis terlebih dahulu membedah jati diri gerakan jamaah
Ikhwanul Muslimin (IM). Bab berikutnya memahami tujuan IM, yakni tujuan akhirnya
adalah Tegaknya Daulah Khilafiah Islamiyah, serta dunia seluruhnya hanya tunduk
kepada ALLAH SWT, kemudian dijelaskan sarana-sarana untuk mencapai tujuan
tersebut.

Bab selanjutnya yang paling penting, yakni Risalah  Ta’alim dan sendi-sendi
pembentukan pribadi Islam, yang terdiri dari dua bagian, bagian pertama rukun bai’at,
kemudian diiringi dengan kewajiban-kewajiban seorang Mujahid.

Risalah ta’lim berisi dua bagian yaitu rukun-rukun bai’at dan kewajiban-kewajiban seorang
mujahid. Hasan Al-Banna sadar bahwa islam memerlukan suatu kelompok tertentu. Untuk
tujuan itulah beliau membuat peringkat-peringkat keterikatannya kepada dakwah.
Keanggotaan Ikhwan memiliki beberapa peringkat yakni muntasib, musa’id, ‘amil, mujahid,
naqib, naib, dan lain-lainnya. Risalah ini ditujukan kepada peringkat mujahid, dengan
maksud agar dapat membangkitkan cita-cita umat islam, dan pada saat yang sama, dapat
mengetahui syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam jihad. Risalah ta’lim pada dasarnya
merupakan sebuah risalah yang pembahasannya menitikberatkan pada aspek takwiniyah
(pembentukan) terhadap individu secara komprehensif agar segala sesuatu menjadi jelas
baginya. 

Pendahuluan


Banyak angkatan muda islam yang tidak mengenal Hasan Al-Banna dengan fikrah
(pemikiran) dan dakwahnya. Padahal mereka seharusnya mengenal dan kita seharusnya
mengenalkannya. Apalagi di tengah kaum muslimin saat ini tidak ada fikrah yang
representatif-jika mereka ingin mengambilnya sebagai titik tolak yang benar-kecuali milik
Hasan Al-Banna. Selain itu banyak orang yang sengaja mengaburkan gambaran tentang
Hasan Al-Banna di mata generasi muda islam. Maksudnya tidak lain agar mereka tidak
bisa menempuh jalan yang benar sebagaimana beliau gariskan. 
 
Di pihak lain, kini muncul di mana-mana aliran pemikiran sakit yang menghendaki
terasingnya fikrah dan dakwah Hasan Al-Banna. Karena itulah mereka-dan yang lainnya-
harus mengerti bahwa gerakan islam yang tidak bertolak dari fikrah Hasan Al-Banna
adalah terbukti cacat. Rasanya mustahil kita membangun aktivitas yang lengkap dan
komprehensif untuk berkhidmat kepada islam tanpanya. Selain itu banyak serangan
membabi buta yang ditujukan kepada sebagian fikrah yang dilontarkan oleh Imam Hasan
Al-Banna. Banyak sudah orang tergelincir karenanya, terutama mereka yang diberi
anugerah oleh Allah berupa keluasan cara pandang, sebagaimana yang telah
dianugerahkan Allah kepada Hasan Al-Banna. Hal itulah yang mengharuskan murid-
muridnya dan orang-orang yang komitmen dengannya untuk menulis dan menjelaskan
fikrah ini dengan mengemukakan argumentasinya. 
 
Titik tolak untuk mewujudkan shaf yang mampu mencapai tujuan adalah dengan
tersedianya individu yang mengetahui tujuan sekaligus cara-cara mencapainya secara
jelas, juga kemampuan menyesuaikan diri dengan shaf.  Risalah ta’lim yang merupakan
peninggalan Hasan Al-Banna berupa ijtihad  beliau memberi semua ini, merinci segala
sesuatu yang diperlukan oleh setiap pribadi muslim dewasa ini, agar tidak mengulangi
kesalahan-kesalahan masa lalu, di samping menjelaskan petunjuk-petunjuk untuk meniti

Jumat, 15 Juli 2011

Indahnya Memaafkan

oleh Abu Naila

Walaupun mudah diucapkan, memaafkan bukanlah perbuatan yang mudah dilakukan. Ketika seseorang telah atau akan dicelakai, maka yang tertanam biasanya perasaan dendam dan ingin membalas. Perasaan seperti itu adalah wajar dalam diri orang biasa. Namun, sikap memaafkan hanya ada pada diri orang yang luar biasa.

Memaafkan butuh kematangan diri dan kecakapan spiritual. Kematangan diri hanya bisa didapatkan melalui keterbukaan hati dan pikiran akan segala pengalaman hidup yang dialami. Sementara kecakapan spiritual hanya bisa diperoleh ketika telah memiliki rasa penghambaan yang tinggi hanya kepada Allah SWT semata.

Bagi yang memaafkan kesalahan orang lain, Allah SWT menyediakan pahala utama sebagai balasan atas kemuliaan sikap mereka. ''Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.'' (QS Asy-Syuura [42]: 43).

Dan bagi yang mempunyai keluhuran akhlak, mereka bukan hanya mampu memaafkan kesalahan orang lain, melainkan sekaligus membalas kesalahan tersebut dengan kebaikan yang tak pernah terbayangkan oleh sang pelaku. Allah SWT berjanji hal tersebut justru dapat mempererat tali silaturahim dan membuat antara yang berselisih saling memikirkan seolah-olah mereka adalah sahabat yang sangat setia.

''Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.'' (QS Fushshilat [41]: 34).

Ada beberapa cara agar kita bisa menjadi pemaaf. Pertama, memperbanyak silaturahim kepada tetangga, sanak kerabat, dan kawan-kawan. Sikap ini akan membuka hati terhadap segala karakter orang, sehingga kita pun tidak mudah marah atau tersinggung atas sikap orang lain.

Kedua, memperbanyak dzikir kepada Allah SWT di waktu pagi dan petang. Berdzikir di waktu pagi akan menjernihkan hati dan pikiran kita sebelum beraktivitas. Berdzikir di waktu petang akan kembali menjernihkan hati dan pikiran setelah kita sibuk seharian beraktivitas.

Ketiga, memperbanyak berdua-duaan (berkhalwat) dengan Allah SWT di waktu orang lain sedang terlelap tidur. Ini akan menumbuhkan kesabaran serta rasa penghambaan dan pengharapan yang tinggi hanya kepada Allah SWT serta menjauhkan dari ketergantungan terhadap manusia. ''Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.'' (QS Fushshilat [41]: 35).

Senin, 11 Juli 2011

Intisari Surat An Naziaat: Malaikat-malaikat Pencabut Nyawa

 

Al-Ikhwan.net


Disebut dengan An Naziaat, karena dimulai dengan ungkapan tersebut, artinya para malaikat yang mencabut nyawa anak-anak Adam. Adapun hubungan surat An Naziaat dengan surat An Naba’ sebelumnya adalah kesamaan tema di mana masing-masing sama-sama menegaskan akan terjadinya hari kebangkitan (Kiamat) sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Ringkasan surat An Naziaat sebagai berikut:
1. (ayat:1-5) Pembukaan, di dalamnya Allah bersumpah dengan: (a) Malaikat yang mencabut ruh orang-orang kafir dengan keras, membuat orang-orang kafir itu tersiksa dan merasa sakit. (b) Malaikat yang mencabut nyawa orang-orang mukmin dengan lembut (c) Malaikat yang turun dari langit dengan cepat mendahului ruh-ruh orang mukmin menuju surga(d) Malaikat yang mengatur segala sesuatu untuk memenuhi kebutuhan penduduk bumi.
2. (ayat: 6-14) Allah menegaskan dengan sumpahnya bahwa Hari Kiamat pasti terjadi, dibuka dengan tiupan sangkakala, dan pada saat itu orang-orang kafir ketakutan, mereka menyesal mengapa selama di dunia tidak mentaati Allah. Mereka merasa rugi, telah membuang-buang waktu dalam pekerjaan tidak ada gunanya.

Minggu, 10 Juli 2011

SAYYID SABIQ (Ulama Bersahaja, Khadim as-Sunnah)


”Sayyid Sabiq RAH tidak pernah bosan untuk mengingatkan kaum Muslimin akan posisi mereka di tengah umat yang lain dan bahwa mereka wajib memegang kendali kehidupan agar bisa menggapai kebahagiaan dan membuat orang lain berbahagia.”

Syaikh Sayyid Sabiq dilahirkan tahun 1915 H di Mesir dan meninggal dunia tahun 2000 M. Ia merupakan salah seorang ulama al-Azhar yang menyelesaikan kuliahnya di fakultas syari’ah. Kesibukannya dengan dunia fiqih melebihi apa yang pernah diperbuat para ulama al-Azhar yang lainnya. Ia mulai menekuni dunia tulis-menulis melalui beberapa majalah yang eksis waktu itu, seperti majalah mingguan ‘al-Ikhwan al-Muslimun’. Di majalah ini, ia menulis artikel ringkas mengenai ‘Fiqih Thaharah.’ Dalam penyajiannya beliau berpedoman pada buku-buku fiqih hadits yang menitikberatkan pada masalah hukum seperti kitab Subulussalam karya ash-Shan’ani, Syarah Bulughul Maram karya Ibn Hajar, Nailul Awthar karya asy-Syaukani dan lainnya.

Kamis, 07 Juli 2011

Kisah Islam Mantan Bintang Pop Terkenal ‘Yusuf Islam’

Kisah seorang artis yang bernama Cat Stevens yang (alhamdulillah) menjadi seorang muslim, kemudian ia dipanggil dengan nama Yusuf Islam. Inilah kisahnya seperti yang ia ceritakan, kami menukilnya secara ringkas.

"Aku terlahir dari sebuah rumah tangga Nasrani yang berpandangan materialis. Aku tumbuh besar seperti mereka. Setelah dewasa, muncul kekagumanku melihat para artis yang aku saksikan lewat berbagai media massa sampai aku mengganggap mereka sebagai dewa tertinggi. Lantas akupun bertekad mengikuti pengalaman mereka. Dan benar, ternyata aku menjadi salah seorang bintang pop terkenal yang terpampang di berbagai media massa. Pada saat itu aku merasa bahwa diriku lebih besar dari alam ini dan seolah-olah usiaku lebih panjang daripada kehidupan dunia dan seolah-olah akulah orang pertama yang dapat merasakan kehidupan seperti itu.

Rabu, 06 Juli 2011

Wanita yang Selalu Berbicara Dengan Al Quran

Berkata Abdullah bin Mubarak Rahimahullahu Ta'ala :

Saya berangkat menunaikan Haji ke Baitullah Al-Haram, lalu berziarah ke makam Rasulullah saw. Ketika saya berada disuatu sudut jalan, tiba-tiba saya melihat sesosok tubuh berpakaian yang dibuat dari bulu. Ia adalah seorang ibu yang sudah tua. Saya berhenti sejenak seraya mengucapkan salam untuknya. Terjadilah dialog dengannya beberapa saat.

Dalam dialog tersebut wanita tua itu , setiap kali menjawab pertanyaan Abdulah bin Mubarak, dijawab dengan menggunakan ayat-ayat Al-Qur'an. Walaupun jawabannya tidak tepat sekali, akan tetapi cukup memuaskan, karena tidak terlepas dari konteks pertanyaan yang diajukan kepadanya.

Abdullah : "Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh." Wanita tua : "Salaamun qoulan min robbi rohiim." (QS. Yaasin : 58) ("Salam sebagai ucapan dari Tuhan maha kasih")

Abdullah : "Semoga Allah merahmati anda, mengapa anda berada di tempat ini?"

Selasa, 05 Juli 2011

Karasteristik Keluarga Rabbani

Oleh : Ust H. Abdul Muhaimin

Perkataan ribbiyy dan rabbaniyy merujuk pada segolongan manusia yang mempunyai ilmu yang luas lagi mendalam berkenaan dengan agama. Dengan bekal ilmunya, ia tak pernah berhenti beramal demi mencari keridhaan Allah SWT. Selain itu, iapun mampu menjalankan amar ma'ruf nahi munkar, dengan penuh kesabaran serta istiqamah. Dalam Al Qur'an Allah SWT menyebut tentang golongan ini dalam beberapa tempat, semisal : Surat Ali `Imran ayat 146; Surat Al Maa-idah, ayat 44; Surat Al Maa-idah, ayat 43; Surat Ali 'Imran ayat 7; dan Surat Ali `Imran, ayat 79. Sibawaih, seorang ahli bahasa berpendapat : jika huruf alif dan nun ditambahkan pada perkataan ribbiyy, lalu menjadi rabbaniyy, menunjukkan mereka adalah golongan yang sangat mendalam ilmunya mengenai ketuhanan (Lisan al Arab).

Pada hari kematian Abdullah ibn Abbas r.a, telah berkata Muhamad ibn Ali ibn Hanafiyah “.. hari ini telah gugur seorang rabbaniyy dari umat ini.” Ibn Abbas r.a memang terkenal di kalangan sahabat berkat kedalaman dan keluasan ilmunya. Maka adalah wajar jika ia digelari insan rabbaniyy. Telah dikatakan pula oleh Ali bin Abu Thalib r.a : “Manusia itu terdiri dari tiga golongan : alim yang rabbaniyy, penuntut ilmu demi jalan kejayaan, serta orang hina pengikut segala keburukan.

Kesaksian Para Ulama dan Tokoh Islam thd Syaikh Yusuf Qardhawi


Syaikh al Qaradhawy amat dicintai dan dihormati kalangan ulama. Mereka adalah para Ulama, dai dan pemikir Islam ternama. Bahkan diantara mereka terdapat masyayikh para penghujat. Memang, hanya orang besar yang dapat menghargai orang besar di di mana pun uang receh selalu berisik dan ramai, sementara uang kertas selalu tenang. Mereka berkata tentang Syaikh al Qaradhawy sebagai berikut: Hasan al Banna berkata: "Sesungguhnya ia adalah seorang penyair yang jempolan dan berbakat" Imam Kabir Samahatus Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Bazz mantan mufti kerajaan Saudi dan ketua Hai'ah Kibarul Ulama berkata: "Buku-bukunya memiliki bobot ilmiah dan sangat berpengaruh di dunia Islam." Imam al Muhaddits Muhammad Nashiruddin al Albany-ahli hadis terkemuka abad 20 berkata, "Saya diminta (al Qaradhawy) untuk meneliti riwayat hadis serta menjelaskan kesahihan dan ke dha'ifan hadis yang terdapat dalam bukunya (Halal wal Haram). Hal itu menunjukkan ia memiliki akhlak yang mulia dan pribadi yang baik. Saya mengetahui semua secara langsung. Setiap dia bertemu saya dalam satu kesempatan, ia akan selalu menanyakan kepada saya tentang hadis atau masalah fiqh. Dia melakukan itu agar ia mengetahui pendapat saya mengenai masalah itu dan ia dapat mengambil manfaat dari pendapat saya tersebut. Itu semua menunjukkan kerendahan hatinya yang sangat tinggi serta kesopanan dan adab yang tiada tara. Semoga Allah SWT mendatangkan manfaat dengan keberadaannya." Mengapapa pengikut ke-2 syaikh itu tidak mengambil manfaat dari kesaksian mereka?